WartaExpress

3 Ilmuwan Ciptakan “Material Ajaib” Pemanen Air & Penangkap Karbon, Raih Nobel Kimia 2025!

Stockholm, Warta Express – Komite Nobel Kimia pada Rabu, 8 Oktober 2025, mengumumkan bahwa tiga ilmuwan terkemuka berhasil meraih Hadiah Nobel Kimia 2025 atas pengembangan “kerangka logam organik” atau Metal–Organic Framework (MOF). Karya revolusioner ini membuka jalan bagi material baru yang dapat menyimpan gas, memicu reaksi kimia, hingga memanen air dari udara di daerah kering.

Penerima Nobel dan latar belakang karyanya

Para pemenang Nobel Kimia 2025 adalah:

Ketiga ilmuwan akan menerima hadiah total 11 juta krona Swedia (sekitar Rp19,4 miliar) yang dibagi rata.

Sejarah singkat pengembangan MOF

Penelitian tentang kerangka logam organik diawali oleh Richard Robson pada akhir 1980-an. Ia berhasil menyintesis kristal MOF dengan mengaitkan ion Cu2+ dan ligan organik berbentuk salib. Meski hasil awal menunjukkan pori-pori besar, stabilitas struktur masih menjadi kendala.

Pada awal 1990-an hingga 2003, Susumu Kitagawa dan Omar Yaghi membawa terobosan baru:

Kombinasi inovasi Kitagawa dan Yaghi menjawab masalah awal Robson dan menghasilkan MOF yang dapat diproduksi dalam skala besar.

Komposisi dan prinsip kerja MOF

MOF terdiri dari ion logam (seperti Zn2+, Cu2+, atau Al3+) yang berfungsi sebagai simpul, terhubung oleh molekul organik berfungsi sebagai batang. Susunan ini membentuk kerangka kristal tiga dimensi dengan rongga berukuran nanometer.

Dengan mengubah jenis ion dan ligan, para ilmuwan dapat merancang MOF untuk aplikasi tertentu, misalnya menyerap CO₂ atau menyaring zat berbahaya.

Manfaat besar MOF bagi umat manusia

Komite Nobel Kimia menyoroti beberapa aplikasi utama MOF yang telah diuji di laboratorium maupun pilot skala industri:

Potensi lain meliputi katalisis reaksi kimia, sensor gas, hingga penyimpanan energi dalam baterai dan superkapasitor.

Pernyataan Komite Nobel dan masa depan MOF

“Kerangka logam organik memiliki potensi besar dan membuka peluang yang belum pernah dibayangkan sebelumnya dalam pengembangan material dengan fungsi-fungsi baru,” ujar Heiner Linke, Ketua Komite Nobel Kimia 2025. Ia menekankan bahwa MOF baru memicu inovasi lintas bidang, dari energi terbarukan hingga farmasi.

Penerimaan Nobel ini diprediksi akan mendorong investasi besar di sektor material canggih. Banyak perusahaan kimia dan startup teknologi berlomba mengembangkan MOF generasi berikutnya untuk aplikasi komersial.

Dampak penelitian MOF di Indonesia

Di Indonesia, lembaga penelitian dan universitas mulai menjajaki penggunaan MOF untuk menyelesaikan masalah lokal:

Kolaborasi lintas kampus dan industri diharapkan mempercepat adopsi teknologi MOF sesuai kebutuhan nasional.

Exit mobile version