WartaExpress

47 Ribu Pelanggan Telkomsel Bergerak: 12.731 Pohon Ditanam dan 824 Ton Emisi Diserap — Lihat Lokasi Aksi Nyatanya!

Telkomsel kembali menunjukkan komitmen terhadap aksi lingkungan lewat program Telkomsel Jaga Bumi Carbon Offset fase 3. Kali ini, perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia menggandeng startup lingkungan Jejakin dan melibatkan 47 ribu pelanggan yang menukarkan Telkomsel Poin dan uCoin mereka untuk mendanai penanaman pohon. Dalam periode September–November 2025, tercatat 12.731 pohon baru ditanam di delapan lokasi konservasi dan area pemberdayaan, dengan estimasi penyerapan emisi sebesar 824,5 ton CO₂e selama masa hidupnya.

Skema partisipasi pelanggan dan kolaborasi teknis

Uniknya, program ini beroperasi dengan mekanisme berbasis keterlibatan pelanggan: pengguna Telkomsel dan by.U dapat menukar poin digital menjadi aksi nyata berupa penanaman pohon. Skema ini memanfaatkan kekuatan komunitas pelanggan untuk mengakumulasi kontribusi kecil yang kemudian disalurkan ke proyek reboisasi dan agroforestry. Peran Jejakin sebagai mitra teknis adalah memastikan bahwa data penanaman, lokasi dan estimasi serapan karbon terdokumentasi serta dapat dilacak secara transparan.

Sebaran lokasi dan jenis penanaman

Fase 3 memusatkan penanaman pada delapan titik strategis di Indonesia:

  • Patra Manggala, Tangerang (konservasi pesisir/mangrove): 681 pohon
  • Romokalisari, Surabaya (mangrove): 1.050 pohon
  • Margojoyo, Kendal (konservasi daratan): 2.000 pohon
  • Gojoyo, Demak (konservasi daratan): 2.000 pohon
  • Langsa, Aceh (konservasi daratan): 2.000 pohon
  • Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu (konservasi pesisir): 1.000 pohon
  • Pakisjaya, Karawang (konservasi daratan): 2.000 pohon
  • Leuwisadeng, Bogor (pemberdayaan ekonomi dengan MPTS): 2.000 pohon — jenis kopi, durian, petai dan jengkol
  • Penanaman di lokasi Leuwisadeng menerapkan konsep Agroforestry/Multi-purpose Tree Species (MPTS) yang menggabungkan penghijauan dengan aktivitas produktif secara berkelanjutan. Pendekatan ini tidak hanya menyerap karbon, namun juga memberikan nilai tambah ekonomi untuk petani lokal melalui panen komoditas bernilai.

    Dampak karbon yang diestimasi dan target jangka panjang

    Berdasarkan perhitungan program, total 12.731 pohon yang ditanam pada fase ini diperkirakan mampu menyerap sekitar 824,5 ton CO₂e selama masa hidup delapan tahun tanaman. Angka ini ditambahkan ke capaian program sebelumnya (2022–2024) yang telah menanam lebih dari 25.000 pohon dan menyerap sekitar 1.093 ton CO₂e. Secara kumulatif, inisiatif Jaga Bumi menunjukkan kemampuan untuk membangun neraca serapan yang bertumbuh dari tahun ke tahun.

    Nilai sosial dan ekonomi: pemberdayaan petani lokal

    Selain aspek lingkungan, Telkomsel menekankan nilai sosial ekonomi program. Penanaman MPTS di Leuwisadeng dirancang sebagai program pemberdayaan: pendampingan budidaya, model tata kelola lahan, dan alur pemasaran hasil panen menjadi bagian dari paket intervensi. Dengan demikian, petani lokal berpeluang meningkatkan penghasilan sekaligus menjaga fungsi ekosistem. Strategi ini mengaddress dua masalah sekaligus: mitigasi iklim dan peningkatan kesejahteraan komunitas.

    Kritikalitas transparansi dan verifikasi

    Program offset berbasis partisipasi pelanggan menuntut tingkat transparansi tinggi agar kepercayaan publik tetap terjaga. Telkomsel bersama mitra Jejakin menyatakan mereka menerapkan sistem pelacakan data penanaman dan estimasi serapan karbon. Namun, tantangan verifikasi independen dan pelaporan berkala tetap penting untuk memastikan kualitas implementasi jangka panjang, termasuk pemantauan survival rate pohon, pengendalian kebakaran, dan potensi gangguan antropogenik.

    Peran pelanggan: donasi kecil, dampak besar

    Inti strategi Telkomsel di sini adalah memanfaatkan skala pengguna untuk menghasilkan dampak kumulatif. Sumbangan poin oleh 47.000 pelanggan menunjukkan bagaimana donasi mikro dapat dikonsolidasikan menjadi aksi lapangan bernilai ribuan pohon. Pendekatan ini juga memberi kesempatan edukasi — pelanggan sadar akan jejak karbon aktivitas digital mereka dan diberi opsi nyata untuk menguranginya.

    Keterkaitan dengan kebijakan nasional

    Inisiatif ini sejalan dengan target pemerintah Indonesia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2025–2029. Dengan mendukung reboisasi, restorasi mangrove, dan agroforestry produktif, program swasta seperti ini melengkapi upaya pemerintah, terutama dalam menyasar lokasi‑lokasi strategis yang berpotensi mitigasi banjir, erosi, dan degradasi lahan.

    Tantangan implementasi dan rekomendasi

    Meski program menunjukkan hasil yang positif, beberapa rekomendasi perlu diperhatikan agar dampak berkelanjutan dapat terjaga:

  • Meningkatkan verifikasi independen lewat audit pihak ketiga untuk memastikan angka serapan karbon kredibel;
  • Memperkuat program pemeliharaan pasca‑tanam (maintenance) untuk meningkatkan survival rate pohon;
  • Memperluas keterlibatan komunitas lokal dalam perencanaan agar pengelolaan lahan bersifat partisipatif dan sesuai kearifan lokal;
  • Mengintegrasikan data penanaman ke platform publik sehingga pelanggan dapat melacak kontribusi mereka secara real time.
  • Signifikansi komunikasi dan citra korporat

    Bagi Telkomsel, program ini bukan sekadar Corporate Social Responsibility (CSR) konvensional, melainkan bagian dari praktik ESG yang semakin menjadi faktor penilaian investasi dan reputasi korporasi. Menampilkan bukti nyata — jumlah pohon, ton CO₂e yang diserap, dan manfaat ekonomi lokal — membantu membangun narasi kredibel tentang keberlanjutan bisnis di era yang menuntut akuntabilitas lingkungan.

    Telkomsel Jaga Bumi Carbon Offset fase 3 memperlihatkan bahwa sinergi antara korporasi, teknologi lingkungan, dan partisipasi pelanggan mampu mendorong aksi nyata yang berdampak ekologis sekaligus sosial. Ke depan, keberlanjutan hasilnya akan bergantung pada kualitas implementasi lapangan, mekanisme verifikasi, dan kesinambungan dukungan dari publik serta pemangku kepentingan lokal.

    Exit mobile version