98 Resolution Network Salurkan 5.000 Paket Tali Kasih Natal di Sulawesi Utara: Solidaritas dan Gotong Royong di Tengah Tantangan
98 Resolution Network kembali menggelar aksi kemanusiaan menjelang Natal 2025 dengan menyalurkan 5.000 paket “Tali Kasih Natal” di beberapa wilayah Sulawesi Utara. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Gotong Royong Warga Peduli Warga ke‑12 yang menandakan komitmen organisasi untuk hadir di tengah masyarakat, khususnya mereka yang rentan secara ekonomi dan membutuhkan dukungan dalam momen perayaan.
Rangkaian distribusi dan wilayah sasaran
Pendistribusian paket bantuan dilakukan secara bertahap. Pada Selasa, 16 Desember 2025, 1.000 paket disalurkan di Kota Manado dan 1.000 paket di Kota Bitung. Jadwal lanjutan mencakup 1.000 paket untuk Kota Amurang (Kabupaten Minahasa Selatan) pada Rabu, 17 Desember, serta 2.000 paket untuk Kota Langowan (Kabupaten Minahasa) yang dijadwalkan pada Sabtu, 20 Desember 2025. Pola distribusi bertahap ini memungkinkan organisasi memastikan bantuan sampai tepat waktu dan tepat sasaran.
Nilai simbolis: lebih dari sekadar paket sembako
Juru bicara perwakilan 98 Resolution Network, David Herson, menegaskan bahwa kegiatan ini tidak sekadar pembagian barang material. Lebih jauh, ia melihat aksi ini sebagai ekspresi solidaritas sosial lintas latar belakang. Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa kehadiran warga dan organisasi sipil menjadi bagian dari jaring pengaman sosial di saat masyarakat merayakan Natal, terutama bagi mereka yang menghadapi kesulitan ekonomi.
Gotong royong sebagai pondasi lokal
Michael F. Umbas, juru bicara lainnya, menekankan pentingnya semangat gotong royong di Sulawesi Utara. Menurutnya, bantuan yang disalurkan mencerminkan tradisi lokal untuk saling menopang. “Ini bukan hanya soal paket bantuan, tetapi menjaga harapan, martabat, dan kebersamaan warga,” ujar Umbas. Pesan ini relevan dalam konteks pemulihan pasca bencana yang masih membayangi beberapa daerah di Indonesia.
Sinergi bantuan: Banpres dan dukungan jaringan
Program “Tali Kasih Natal” yang didistribusikan merupakan bagian dari Bantuan Presiden (Banpres) yang dimediasi oleh jaringan 98 Resolution Network. Selain distribusi paket sembako, organisasi juga menyalurkan bantuan tahap pertama senilai Rp98.000.000 melalui Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) yang ditujukan ke wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat untuk kebutuhan medis, obat-obatan, dan logistik darurat. Dana dan logistik ini dihimpun dari aktivis 98 serta jejaring relawan dan donatur.
Relevansi sosial di tengah bencana
Penyaluran bantuan ini terjadi di saat sejumlah wilayah, termasuk beberapa wilayah Sumatera, masih menghadapi dampak banjir bandang dan tanah longsor. Aksi solidaritas seperti yang dilakukan 98 Resolution Network menjadi pelengkap upaya pemerintah dan lembaga kemanusiaan lain dalam memastikan keluarga terdampak tidak kehilangan harapan. Pendekatan yang menekankan gotong royong dan penguatan komunitas lokal dinilai efektif untuk pemulihan jangka panjang.
Pelibatan komunitas dan transparansi
Penting bagi setiap inisiatif bantuan untuk menjaga mekanisme distribusi yang transparan agar tepat sasaran. 98 Resolution Network tampak melakukan penyaluran bertahap dan berbasis wilayah, yang memudahkan pemantauan dan koordinasi dengan pihak lokal. Pelibatan tokoh masyarakat, aparat desa, dan organisasi lintas sektoral selama distribusi menjadi faktor penentu agar bantuan benar‑benar sampai ke rumah tangga yang membutuhkan.
Pesan kemanusiaan dan keberlanjutan
Selain memberi bantuan langsung, 98 Resolution Network juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan. Upaya ini relevan mengingat dampak bencana terkait perubahan iklim dan pengelolaan sumber daya alam. Menanamkan nilai gotong royong dan tanggung jawab lingkungan merupakan langkah proaktif agar komunitas lebih tangguh menghadapi krisis di masa mendatang.
Agenda lanjutan dan harapan
Dengan agenda penyaluran yang telah dijadwalkan hingga 20 Desember 2025, 98 Resolution Network menargetkan distribusi yang komprehensif di sejumlah titik strategis Sulawesi Utara. Harapannya, kegiatan ini tidak hanya meringankan beban ekonomi sementara, tetapi juga mempererat ikatan sosial antarwarga dan memperkuat budaya saling membantu yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.
Di akhir tahun yang penuh tantangan, inisiatif seperti ini menjadi contoh konkret bagaimana kolaborasi antarwarga, organisasi sipil, dan jaringan donatur bisa menghadirkan dampak positif nyata di lapangan.
