Heboh! Pengangguran Gen Z di Singapura Melonjak 5,7% – Pemerintah Siapkan 800 Magang!

Dinamika Pasar Tenaga Kerja Singapura pada Kuartal II 2025

Pada kuartal II 2025, Kementerian Tenaga Kerja Singapura (MOM) mencatat adanya kenaikan tingkat pengangguran di dua kelompok usia: generasi muda di bawah 30 tahun dan warga senior di atas 60 tahun. Meski angka keseluruhan tetap stabil di kisaran 2,8 persen, lonjakan pada kelompok Gen Z dan lansia memunculkan kekhawatiran terhadap daya saing tenaga kerja dan ketahanan ekonomi jangka panjang.

Statistik Pengangguran Gen Z dan Pekerja Senior

Berdasarkan data MOM, angka pengangguran penduduk di bawah 30 tahun naik dari 5,4 persen pada Maret 2025 menjadi 5,7 persen pada Juni 2025. Sementara itu, pengangguran kelompok usia 60 tahun ke atas melonjak dari 2,3 persen menjadi 2,5 persen dalam periode yang sama. Kenaikan ini mencatat rekor pertama kali bagi Gen Z sepanjang tahun 2025.

Faktor Penyebab Kenaikan Angka Pengangguran

  • Ketidakpastian ekonomi global, termasuk dampak tarif baru Amerika Serikat yang mulai berlaku April lalu.
  • Pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif, seiring bertambahnya jumlah lulusan baru setiap tahun.
  • Perubahan pola sektor industri, dengan automasi dan digitalisasi menggeser kebutuhan tenaga kerja tradisional.

Meski demikian, kelompok usia lain justru menunjukkan penurunan tingkat pengangguran, menandakan adanya pergeseran dinamika kerja yang lebih selektif.

Resiliensi Pasar Kerja Menurut Menteri Tenaga Kerja

Menteri Tenaga Kerja Singapura, Dr Tan See Leng, menegaskan bahwa pasar tenaga kerja negara tersebut masih berada dalam kondisi tahan banting. “Meskipun ada kenaikan di dua kelompok usia, total lapangan kerja kami terus bertambah. Resiliensi pasar tenaga kerja terbukti kuat meski menghadapi ketidakpastian global,” ujarnya, sebagaimana dikutip dari laporan Channel NewsAsia pada September 2025.

Program Graduate Industry Traineeships

Sebagai langkah antisipatif, pemerintah meluncurkan Graduate Industry Traineeships Programme pada Oktober mendatang. Program ini menawarkan:

  • Hingga 800 posisi magang lintas sektor publik dan swasta.
  • Kesempatan membangun jejaring profesional dan mendapat mentor dari praktisi industri.
  • Pengalaman langsung menghadapi tuntutan pasar kerja modern.

Inisiatif ini diharapkan menjadi buffer tambahan untuk lulusan baru, sehingga penyerapan tenaga kerja generasi muda dapat meningkat dan mencegah kenaikan pengangguran lebih lanjut.

Perkembangan Ketenagakerjaan Lulusan Baru

Direktur Riset dan Statistik Tenaga Kerja MOM, Ang Boon Heng, menyampaikan bahwa hingga Juni 2025, sekitar 51,9 persen lulusan baru berhasil memperoleh pekerjaan—atau naik dibanding 47,9 persen pada periode tahun sebelumnya. Angka ini menunjukkan perbaikan meski jumlah lulusan yang memasuki pasar kerja bertambah sekitar 2.400 orang.

Lowongan Kerja Level Pemula

Sampai pertengahan 2025, tersedia sekitar 30.000 lowongan kerja entry-level khusus untuk lulusan baru. Dari jumlah tersebut, 4.270 posisi merupakan lowongan unggulan di 15 sektor strategis dengan kisaran gaji antara S$2.300 (sekitar Rp30,1 juta) hingga S$5.000 (sekitar Rp65,4 juta). Sektor-sektor dengan lowongan terbanyak meliputi:

  • Administrasi publik dan pendidikan.
  • Layanan kesehatan dan sosial.
  • Industri konstruksi.
  • Teknologi informasi dan komunikasi.

Beragam job fair juga diselenggarakan secara berkala untuk menjembatani pertemuan antara pencari kerja dan perusahaan.

Tingkat Pengangguran Jangka Panjang Gen Z

Meskipun tingkat pengangguran Gen Z mengalami kenaikan, tren pengangguran jangka panjang justru terbalik. Data MOM menunjukkan penurunan dari 1,2 persen pada Maret 2025 menjadi 1,1 persen pada Juni 2025. Hal ini mengindikasikan bahwa meski sulit mendapatkan pekerjaan awal, Gen Z tidak terkatung-katung terlalu lama sebelum terserap ke pasar kerja.

Rencana Cadangan Jika Kondisi Memburuk

Dr Tan See Leng menyatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan rencana cadangan jika ketahanan pasar tenaga kerja terus tergerus di kuartal berikutnya atau awal 2026. Rencana tersebut mencakup:

  • Peningkatan skema pelatihan kerja dan pengembangan keterampilan digital.
  • Perluasan insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan lulusan baru dan pekerja senior.
  • Kolaborasi dengan institusi pendidikan guna menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan industri.

Dengan mengantisipasi berbagai skenario, Singapura menunjukkan kesiapan untuk menjaga stabilitas lapangan kerja sekaligus memperkuat daya saing nasional di tengah perubahan ekonomi global.