Bocor! Indonesia Bakal Punya Kapal Feri Bertenaga Hidrogen, Siap-siap Tercengang!

Tiga perusahaan Eropa – HDF Energy (Hydrogène de France), Neuman and Esser South East Asia Ltd (NEASEA) dan GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) – resmi bekerja sama untuk membangun infrastruktur hidrogen hijau bagi kapal feri di Indonesia. Langkah ini menjadi tonggak penting dalam upaya dekarbonisasi transportasi maritim, seiring Indonesia menatap penerapan rute feri bertenaga hidrogen pertama di tanah air.

Peran dan lingkup kerjasama strategis

Kesepakatan yang diumumkan Sabtu, 11 Oktober 2025, merupakan kelanjutan Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani pada April 2025 antara HDF Energy, Kementerian Perhubungan, PLN, ASDP Indonesia Ferry (Persero) dan International Maritime Organization (IMO). Kerangka kerjasama mencakup:

  • Pembangunan fasilitas produksi hidrogen hijau berskala industri di beberapa wilayah Indonesia Timur.
  • Penyediaan sel bahan bakar (fuel cell) berdaya tinggi untuk sistem propulsi kapal feri tanpa emisi.
  • Pembangunan rantai pasok hidrogen hijau terintegrasi, dari pembangkit hingga depot pengisian.

23 Pembangkit Renewstable dan potensi investasi

HDF Energy tengah mengembangkan 23 pembangkit listrik hidrogen berbasis Renewstable di Indonesia Timur dengan nilai investasi diperkirakan mencapai US$ 2,3 miliar (Rp 38,2 triliun). Tiap fasilitas Renewstable mengombinasikan:

  • Pembangkit tenaga surya fotovoltaik (solar PV) untuk memanen energi terbarukan.
  • Sistem penyimpanan energi dalam bentuk hidrogen hijau yang diproduksi melalui elektrolisis.
  • Distribusi hidrogen ke kapal feri dan ke jaringan listrik untuk menjamin pasokan 100% bersih, stabil, dan non-intermittent.

Skema ini memungkinkan penambahan kapasitas hidrogen tanpa mengandalkan energi fosil, sekaligus membuka peluang bagi sektor lain yang memerlukan pasokan hidrogen bersih.

Solusi fuel cell modular untuk armada feri

Hidrogen hijau yang dihasilkan akan disalurkan ke fuel cell berdaya tinggi produksi HDF Energy. Ciri khas teknologinya meliputi:

  • Modularitas chip fuel cell yang mudah diintegrasikan ke berbagai jenis kapal feri.
  • Output daya tinggi yang cukup untuk mendorong bobot badan kapal dan beban penumpang secara konsisten.
  • Operasi tanpa emisi CO₂, SOₓ, maupun NOₓ, selaras dengan target penurunan jejak karbon sektor maritim.

Penerapan sistem propulsi fuel cell diproyeksi dapat menggantikan mesin diesel tradisional, mengurangi polusi udara di pelabuhan dan jalur pelayaran padat.

Dampak ekonomi, lapangan kerja, dan transfer teknologi

Direktur Utama HDF Energy Indonesia, Mathieu Géze, menyatakan bahwa kolaborasi ini menyatukan keahlian internasional dan kepemimpinan nasional dalam satu ekosistem energi bersih. Sementara itu, Lisa Tinschert, Direktur Program Energi GIZ Indonesia/ASEAN, menekankan peluang besar bagi Indonesia:

  • Penciptaan ribuan lapangan kerja baru di sektor manufaktur, konstruksi, dan operasional pembangkit.
  • Peningkatan kapasitas sumber daya manusia lewat transfer teknologi fuel cell dan elektrolisis skala besar.
  • Dorongan pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya di wilayah timur Indonesia yang menjadi lokasi utama proyek.

Kehadiran investasi sebesar US$ 2,3 miliar diharapkan memacu geliat industri hijau, tanpa mengabaikan aspek keberlanjutan sosial dan lingkungan.

Dukungan PLN IP dan ekosistem SPBH

Selain kerjasama inti, PLN Indonesia Power (PLN IP) turut mendukung transisi energi dengan menyiapkan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen (SPBH) atau Hydrogen Refueling Station. SPBH ini akan:

  • Menyediakan titik pengisian hidrogen untuk kapal feri di pelabuhan-pelabuhan kunci.
  • Menjamin ketersediaan hidrogen dalam tekanan tinggi sesuai standar fuel cell.
  • Mengintegrasikan sistem monitoring dan manajemen bahan bakar digital untuk menjaga keamanan dan efisiensi operasional.

Dengan demikian, Indonesia membangun ekosistem hidrogen yang lengkap—from upstream production hingga downstream utilization—untuk mewujudkan transportasi maritim rendah emisi.