Darurat Banjir di Bandung: 11 Kampung Tergenang Air hingga 100 cm – Warga Terpaksa Mengungsi!

Penyebab Banjir Melanda Kabupaten Bandung

Intensitas hujan tinggi yang mengguyur wilayah Bandung Raya selama beberapa hari terakhir memicu meluapnya aliran Sungai Citarum, Cigede, Cikapundung, dan Cipalasari. Keempat sungai ini tak lagi mampu menampung debit air hujan, sehingga air meluber ke pemukiman warga di Kecamatan Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan Baleendah. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Wahyudin, mencatat ketinggian air berkisar antara 20 hingga 100 sentimeter.

Daerah Terdampak dan Kedalaman Genangan

Menurut data BPBD per Senin (3/11) siang, desa-desa berikut merasakan dampak terparah:

  • Desa Citeureup: Lima kampung terdampak, dengan kedalaman 20–100 cm. Rincian RW terdampak: Leuwi Bandung (4 RW), Lamajang (5 RW), Sukabirus (3 RW), Cilisung (1 RW), Cigempol (1 RW).
  • Desa Dayeuhkolot: Enam kampung terendam, kedalaman air serupa. RW terdampak: Babakan Sangkuriang (1 RW), Citeureup (1 RW), Cilisung (2 RW), Bojongasih (2 RW), Bolero (1 RW), Kaum (4 RW).
  • Bojongsoang dan Baleendah: Genangan mencapai 50–100 cm di beberapa titik, dipicu luapan Sungai Citarum setelah hujan deras melanda kawasan hulu.

Jumlah Pengungsi dan Titik Evakuasi

Beberapa warga memilih mengungsi untuk menghindari risiko kesehatan dan kerusakan properti. Titik-titik pengungsian telah disiapkan oleh pemerintah desa dan BPBD Kabupaten Bandung:

  • Masjid An Nur, Sukabirus RW 13: Menampung 14 keluarga (34 jiwa) dari Desa Citeureup.
  • Balai Desa Dayeuhkolot: Menampung 10 keluarga (25 jiwa) yang rumahnya terendam.

BMKG memprakirakan hujan bakal berlanjut beberapa hari ke depan, sehingga angka pengungsi diperkirakan akan terus bertambah sebelum debit sungai kembali surut.

Tanggapan Pemerintah Daerah dan Strategi Penanganan

Bupati Bandung telah menginstruksikan deretan langkah penanganan bencana jangka pendek dan panjang:

  • Normalisasi Saluran Air: Mempercepat pengerukan sedimen dan penataan ulang kontur sungai untuk meningkatkan kapasitas tampung air.
  • Evaluasi Sistem Drainase: Mengaudit titik-titik genangan di wilayah perkotaan dan pinggiran untuk perbaikan jangka panjang.
  • Koordinasi BBWS Citarum: Bersinergi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum dalam proyek revitalisasi waduk, tanggul, dan pintu air.
  • Pencegahan Banjir Susulan: Pemasangan pompa di beberapa titik rawan, serta pemasangan panel peringatan dini di tepi sungai.
  • Fasilitas Sosial: Dinas Sosial menyiagakan dapur umum, logistik darurat, serta posko medis untuk warga terdampak.

Risiko Kesehatan dan Dampak Sosial

Genangan air berkepanjangan menimbulkan sejumlah ancaman kesehatan dan sosial:

  • Penyakit Menular: Air banjir yang terkontaminasi limbah domestik dan sampah berisiko menularkan diare, demam tifoid, dan penyakit kulit.
  • Kerusakan Infrastruktur: Jalan desa rusak tergerus arus, jembatan penghubung terancam ambrol jika tidak segera diperkuat.
  • Gangguan Pendidikan: Sekolah-sekolah di Desa Citeureup dan Dayeuhkolot terpaksa libur atau dialihkan ke ruang alternatif.
  • Ekonomi Lokal: Pedagang kaki lima dan petani sawah terendam, mengganggu rantai pasok pangan di pasar tradisional Bandung.

Peran Aktif Masyarakat dan Relawan

Sejumlah elemen masyarakat turut berkontribusi dalam penanganan darurat:

  • Karang Taruna dan Ormas Lokal: Membantu evakuasi warga, membangun posko darurat, serta distribusi paket sembako.
  • Relawan PMI: Melakukan pemeriksaan kesehatan, vaksinasi tetanus, dan penyuluhan higienisasi air.
  • Komunitas Pecinta Alam: Terlibat dalam pembersihan saluran air dan menanam pohon pantai sungai untuk mencegah erosi.

Upaya Jangka Panjang: Mitigasi dan Adaptasi

Guna meminimalkan bencana serupa, Pemerintah Kabupaten Bandung merencanakan:

  • Pembangunan Retensi Banjir: Membuat danau buatan kecil di hulu untuk menampung kelebihan air saat hujan lebat.
  • Rehabilitasi Gambut dan Hutan: Menanam kembali pepohonan di kawasan hulu Citarum untuk menahan laju air.
  • Pendidikan dan Simulasi Bencana: Mengintegrasikan materi mitigasi banjir di kurikulum sekolah dan pelatihan rutin untuk warga desa.
  • Sistem Peringatan Dini Berbasis Teknologi: Pemasangan sensor debit air terhubung dengan aplikasi mobile dan sirine peringatan.

Dengan kombinasi respons cepat, sinergi antar lembaga, dan strategi mitigasi jangka panjang, diharapkan banjir di kawasan Bandung Barat dapat diminimalisir dalam beberapa tahun mendatang. Warta Express akan terus mengawal perkembangan penanggulangan bencana ini untuk memberikan informasi terkini kepada pembaca.