Anda Tidak Akan Percaya Kenapa Ribuan Warga Flores Turun ke Jalan Tolak Proyek Geotermal!

Ribuan Warga Ende Turun ke Jalan Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Pada Kamis (5/6/2025), lebih dari 2.000 warga Kabupaten Ende, Flores, menggelar aksi unjuk rasa menolak proyek pengeboran panas bumi (geotermal) masif yang digencarkan pemerintah pusat sejak ditetapkan Pulau Geotermal pada 2017. Demonstrasi ini dimulai dengan parade di Jalan Eltari menuju kantor Bupati dan DPRD Ende, diwarnai orasi “Tolak Geotermal” dan spanduk bertuliskan tuntutan warga.

Latar Belakang Penetapan Flores sebagai Pulau Geotermal

Surat Keputusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2017 menetapkan Flores sebagai “Pulau Geotermal”, membuka izin eksplorasi dan pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi. Sejak awal 2000-an, pemerintah melakukan survei dan pengeboran di sejumlah lokasi. Namun sosialisasi minim dan keterlibatan masyarakat terbatas memicu kekecewaan publik.

Dampak Lingkungan dan Ekonomi bagi Petani

Bagi masyarakat Ende—78% berprofesi petani—aktifitas pengeboran geotermal menimbulkan berbagai keluhan:

  • Pencemaran Air dan Udara – Sering terjadi limbah lumpur dan partikel vulkanik yang mencemari sumber mata air, membuat kebutuhan air bersih terganggu.
  • Penurunan Produktivitas Pertanian – Komoditas andalan seperti kopi, cengkeh, dan sayuran menunjukkan hasil panen menurun dari tahun ke tahun.
  • Kerusakan Lahan Pertanian – Retakan tanah dan vibrasi pengeboran menyebabkan banyak lahan subur menjadi tidak produktif.
  • Masalah Kesehatan – Warga melaporkan gangguan pernapasan akibat debu panas bumi dan bau gas belerang yang menyengat.

Hasil studi lokal bahkan mencatat penurunan hasil kopi hingga 20% di daerah terdampak, yang langsung berpengaruh pada pendapatan petani kecil.

Suara Gereja dan Pemimpin Komunitas

Unjuk rasa ini didukung oleh Vikep Ende, Romo Frederikus Wea Dopo, yang menegaskan pentingnya keterlibatan gereja dalam menjaga keberlanjutan ekosistem dan budaya Flores. Menurut Romo Edi:

  • “Tanah, hutan, dan air adalah sumber kehidupan masyarakat Flores. Mengebor tanpa restu rakyat merusak tatanan sosial dan budaya lokal.”
  • Gereja mendorong penghormatan terhadap Laudato Si’—dokumen Paus Fransiskus yang memandang bumi sebagai ‘ibu pertiwi’ yang harus dijaga kelestariannya.

Romo Edi juga mengingatkan bahwa energi terbarukan lain seperti air, angin, matahari, dan biomassa masih menjadi opsi yang lebih ramah lingkungan dan tidak mengorbankan lahan pertanian.

Tuntutan Konkrit ke DPRD dan Pemerintah Pusat

Dalam aksi di halaman kantor Bupati dan DPRD Ende, warga menyampaikan beberapa tuntutan:

  • Pencabutan SK Flores sebagai Pulau Geotermal dan penghentian seluruh aktivitas pengeboran panas bumi.
  • Evaluasi dampak lingkungan hidup oleh lembaga independen sebelum melanjutkan proyek apapun.
  • Keterlibatan masyarakat lokal dalam setiap tahapan perizinan dan pengambilan keputusan.
  • Prioritas pengembangan energi terbarukan lain yang tidak merusak lahan pertanian dan ekosistem.

Aspirasi ini diterima oleh perwakilan DPRD Ende, yang berjanji akan memfasilitasi pertemuan dengan Kementerian ESDM dan Bupati untuk menindaklanjuti tuntutan rakyat.

Aksi Serentak di Ngada dan Nagekeo

Tidak hanya di Ende, demonstrasi serupa juga digelar oleh warga di Kabupaten Ngada dan Nagekeo. Di tiga daerah ini, total massa aksi diperkirakan mencapai 5.000 orang, menandakan penolakan luas terhadap proyek geotermal Flores.

Ancaman Eskalasi Aksi Jika Tuntutan Diabaikan

Warga berkomitmen akan meningkatkan skala aksi hingga memblokir akses jalan menuju lokasi pengeboran jika pemerintah pusat dan daerah tidak segera mencabut SK Geotermal Flores. “Kami tidak anti-listrik, tetapi proyek ini harus mengutamakan hak petani, kelestarian alam, dan persatuan budaya,” tegas salah satu orator saat membacakan pernyataan sikap.

Pengaruh Terhadap Kebijakan Energi Nasional

Aksi ini memberi sinyal kuat kepada pemerintah bahwa kebijakan energi terbarukan harus lebih selektif dan partisipatif. Penunjukan wilayah sebagai pusat panas bumi tanpa kajian sosial-lingkungan menyeluruh berpotensi memicu konflik horizontal dan menurunkan kepercayaan publik terhadap program hijau nasional.

Peluang Energi Terbarukan Alternatif

Para ahli lingkungan menyarankan agar Flores memetakan potensi energi alternatif berikut:

  • PLTA Sungai – Memanfaatkan aliran sungai besar dengan dampak ekologis minimal.
  • Energi Surya (PLTS) – Pemasangan panel surya di area non-produktif dapat mendukung desa mandiri listrik.
  • Energi Angin – Lokasi puncak bukit Flores yang terbuka cocok untuk turbin angin skala kecil.
  • Biomassa – Pengolahan limbah pertanian menjadi sumber energi lokal.

Strategi diversifikasi ini diharapkan dapat menyelaraskan kebutuhan listrik dengan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan petani Flores.