Kementerian Sekretaris Negara (Mensesneg) RI, Prasetyo Hadi, mengungkapkan bahwa percakapan melalui telepon antara Presiden Joko “Prabowo” Subianto dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghasilkan sinyal positif bagi hubungan kedua negara. Dalam pembicaraan berdurasi hampir 15 menit itu, keduanya saling menanyakan kesehatan dan menggambarkan perkembangan terkini di masing-masing negara.
Kronologi Panggilan Presiden Subianto–Trump
Panggilan berlangsung pada Jumat, 13 Juni 2025, atas inisiatif Sekretariat Negara AS. Lewat saluran telepon resmi, Presiden Prabowo mengucapkan selamat kepada Donald Trump atas kemenangannya di pemilu terakhir. Sebaliknya, Trump memberikan ucapan selamat atas pelantikan Prabowo sebagai Presiden Indonesia. Pertukaran salam hangat ini menjadi pembuka diskusi bilateral.
Berdasarkan informasi dari Instagram @sekretariat.kabinet, keduanya berbincang selama sekitar 15 menit, mencakup topik-topik penting seperti kerjasama ekonomi, stabilitas regional, hingga dukungan terhadap usaha menjaga perdamaian dunia.
Sinyal Positif dan Optimisme Pemerintah
Menanggapi skeptisisme publik mengenai efektivitas panggilan tersebut, Prasetyo Hadi menegaskan: “InsyaAllah positif, harus optimis. Jangan negatif-negatif terus ya.” Pernyataan ini mencerminkan tekad pemerintah untuk memanfaatkan momentum diplomasi guna memperkuat posisi tawar Indonesia di kancah global.
Pihak istana menilai, panggilan ini juga sebagai sinyal bahwa AS melihat Indonesia sebagai mitra strategis yang semakin penting, baik dalam bidang ekonomi maupun kebijakan kawasan Indo-Pasifik.
Negosiasi Tarif Resiprokal dalam Pembahasan
Satu agenda penting yang mengemuka adalah pembahasan tarif resiprokal. Indonesia dan AS telah membentuk tim negosiasi untuk membahas mekanisme tarif yang seimbang demi menguntungkan kedua pihak. Prasetyo menjelaskan bahwa proposal tarif tersebut saat ini sedang dipelajari oleh masing-masing pemerintah.
- Indonesia mengajukan beberapa skema tarif yang berbeda, di antaranya penurunan tarif impor bahan baku sektor manufaktur.
- AS mengkaji usulan Indonesia untuk akses pasar ekspor produk pertanian dan kelautan tanpa hambatan.
- Negosiasi dijadwalkan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan melalui pertemuan tingkat menteri dan wakil menteri.
Keberhasilan negosiasi ini akan membuka peluang investasi baru dan menekan biaya produksi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.
Inisiatif Kerja Sama Ekonomi dan Teknologi
Selain tarif, kedua pemimpin sepakat untuk memperluas kerja sama di bidang infrastruktur, energi terbarukan, serta teknologi digital. Beberapa poin yang dibahas:
- Infrastruktur: Potensi proyek kereta cepat dan pelabuhan yang mendapat dukungan pendanaan AS.
- Energi Terbarukan: Kolaborasi riset tenaga surya dan panas bumi untuk mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil.
- Teknologi Digital: Pengembangan pusat data awan (cloud) bersama dan transfer keahlian dalam keamanan siber.
Dengan dukungan teknologi AS yang mumpuni, harapannya Indonesia bisa mempercepat transformasi digital, memperbaiki e-governance, dan memperluas akses konektivitas di wilayah terluar.
Kerangka Stabilitas Regional dan Perdamaian Global
Prabowo dan Trump juga menegaskan komitmen bersama untuk menjaga perdamaian di kawasan Indo-Pasifik. Beberapa poin kesepakatan:
- Koordinasi operasi maritim dalam memerangi tindak pembajakan dan perdagangan ilegal.
- Dialog keamanan ASEAN–AS untuk meredam ketegangan di Laut China Selatan.
- Inisiatif pelatihan bersama TNI–AS guna meningkatkan profesionalisme angkatan militer.
Kedua pemimpin sepakat bahwa stabilitas kawasan berperan penting dalam mendukung arus perdagangan dan investasi, sekaligus mengurangi risiko konflik yang berdampak luas.
Tantangan dan Prospek ke Depan
Meski sinyal positif mengiringi panggilan ini, tantangan tetap ada. Negosiasi tarif resiprokal bisa terhambat oleh tekanan lobi industri domestik di AS maupun kepentingan proteksionis. Selain itu, isu-isu hak asasi manusia dan lingkungan acap kali menjadi sorotan dalam hubungan AS–Indonesia.
Namun, dengan komitmen Presiden Prabowo dan dukungan penuh tim negosiasi, kedua negara menargetkan pergerakan nyata pada paruh kedua tahun 2025. Keberhasilan dialog ini akan menjadi tolok ukur kematangan diplomasi ekonomi Indonesia dan kesinambungan hubungan strategis dengan Amerika Serikat.