Bongkar! Kampung Padat di Jakarta Timur Disulap Jadi Oase Anggur Asri – Lihat Transformasinya!

Kampung Anggur di RT.009/RW04, Kelurahan Munjul, Jakarta Timur, kini berubah wajah menjadi permukiman ramah tumbuhan. Pekarangan rumah warga dipenuhi tanaman anggur yang merambat indah pada teralis, menciptakan suasana asri dan teduh di tengah kepadatan hunian perkotaan. Inisiatif ini lahir dari kolaborasi warga setempat dengan mahasiswa LSPR Institute of Communication and Business Jakarta Batch 26 Kelas Excellence melalui kampanye “Si Manis Munjul”.

Transformasi Urban Farming Anggur di Tengah Kota

Sejak masa pandemi COVID-19, warga Kampung Anggur memanfaatkan waktu stay at home untuk menanam anggur di pekarangan. Aktivitas ini bukan sekadar hobi: ia menjadi gerakan urban farming yang menghidupkan kembali ruang terbuka dan mempromosikan kemandirian pangan. Dengan teknik pencangkokan dan pemeliharaan teratur, tanaman anggur mampu tumbuh subur, memberikan naungan alami sekaligus hasil panen buah.

Festival Si Manis Munjul sebagai Wadah Pemberdayaan

Festival Si Manis Munjul resmi diluncurkan di Waduk Ambalat, Kecamatan Cipayung. Menurut Jonathan Ezra Widjaya, Ketua Pelaksana, acara ini adalah wujud nyata pembelajaran mahasiswa yang tidak hanya teori, tetapi terjun langsung memberdayakan potensi lokal:

  • Memetakan lahan pekarangan sebagai media tanam anggur.
  • Mengorganisir lomba desain teralis kreatif untuk merambatkan tanaman.
  • Menyusun jadwal panen dan pasarkan hasilnya melalui gerai pop-up UMKM.

Festival ini mempertemukan petani perkotaan, ibu-ibu PKK, pelaku UMKM kuliner berbahan anggur, serta siswa dari SMK Sahid, SMK 63, SMK Paskita Global, SMK 24, dan SMK 66 Jakarta. Beragam kegiatan dihadirkan, mulai dari workshop penanaman, pencangkokan, hingga #VINEyourspotchallenge yang mengajak peserta mengunggah sudut rumahan ter-asri di media sosial.

Pelibatan Komunitas dan UMKM Lokal

Komunitas Kampung Anggur menggandeng UMKM kuliner untuk mengolah buah anggur menjadi:

  • Jus anggur segar dengan resep tradisional dan modern.
  • Selai anggur hasil fermentasi tanpa pengawet buatan.
  • Patisserie berbasis wine reduction untuk menambah nilai gizi dan cita rasa.

Produk-produk ini dipamerkan di festival dan dijajakan di e-commerce. Keterlibatan pelaku UMKM membuka peluang ekonomi baru dan memperkuat identitas kampung sebagai desa percontohan pertanian urban inovatif.

Workshop Branding dan Strategi Media Sosial

Pada pra-acara, digelar workshop branding dan media sosial untuk membekali petani urban dengan keterampilan pemasaran digital. Materi mencakup:

  • Pembuatan logo dan identitas visual “Si Manis Munjul”.
  • Strategi pengelolaan akun Instagram dan TikTok untuk menampilkan proses budidaya.
  • Teknik fotografi makanan untuk mempromosikan olahan anggur secara menarik.

Peserta diajari cara membuat konten engaging, memanfaatkan hashtag, serta memanfaatkan fitur marketplace di platform sosial untuk memudahkan transaksi online.

Keberlanjutan dan Keterkaitan dengan SDGs

Program Si Manis Munjul dirancang sesuai pilar Sustainable Development Goals (SDGs):

  • Pilar 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan) – menciptakan ruang hijau di pemukiman padat, meningkatkan kualitas udara dan kenyamanan warga.
  • Pilar 15 (Ekosistem Darat) – mempertahankan keanekaragaman hayati dengan menanam tumbuhan lokal (anggur) serta mencegah erosi tanah.

Menurut Maylaffayza Wiguna, dosen Community Development LSPR Jakarta, keterlibatan masyarakat lokal sejak perencanaan hingga pelaksanaan menjamin keberlanjutan program dan mampu menginspirasi komunitas lain di perkotaan.

Pemberdayaan Perempuan dalam Urban Farming

Kehadiran Kampung Anggur juga menguatkan peran perempuan. Dari 15 petani perkotaan terdaftar, 10 di antaranya adalah perempuan, mayoritas ibu-ibu PKK. Mereka berperan sebagai:

  • Pengelola pekarangan: merawat anggur sejak bibit hingga panen.
  • Produsen olahan: membuat jus, selai, dan makanan ringan berbahan anggur.
  • Pemasar digital: mengunggah konten promosi dan melayani pesanan melalui platform online.

Dengan keahlian baru dalam manajemen pertanian dan pemasaran digital, perempuan di Kampung Anggur memperoleh kemandirian ekonomi, mengurangi ketergantungan rumah tangga, serta meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Transformasi Kampung Anggur menunjukkan bahwa urban farming tidak hanya menambah ruang hijau, tetapi juga menjadi sarana pemberdayaan ekonomi dan sosial di tengah kepadatan kota. Ke depan, model ini diharapkan berkembang ke kawasan lain di Jakarta dan Indonesia, menginspirasi kampung-kampung untuk memanfaatkan lahan terbatas sebagai sumber kesejahteraan dan kehijauan.