WartaExpress

Anda Tidak Akan Percaya Biaya dan Rinciannya: Terowongan Putin-Trump 112 Km di Selat Bering!

Latar Belakang Inisiatif Terowongan Bering

Pada 17 Oktober 2025, Kirill Dmitriev—Kepala Russian Direct Investment Fund (RDIF) yang juga utusan investasi Presiden Vladimir Putin—mengajukan proposal pembangunan terowongan bawah laut sepanjang 112 kilometer di Selat Bering. Proyek yang dijuluki “Terowongan Putin-Trump” ini bertujuan menghubungkan wilayah Chukotka di Rusia dengan Alaska di Amerika Serikat, membuka koridor transportasi dan logistik langsung antara dua benua.

Rute dan Spesifikasi Teknis

Rute yang diusulkan membentang dari Semenanjung Dezhnev (Rusia) ke Semenanjung Pangeran Wales (Alaska), dengan panjang total sekitar 70 mil laut (112 km)—hampir setara jarak antara Solo dan Temanggung (~116 km). Selat Bering memiliki lebar rata-rata 83 km dan kedalaman air antara 30 hingga 50 meter. Sistem terowongan akan terdiri dari dua tabung paralel untuk jalur kereta api penumpang dan jalur kereta kargo:

Biaya dan Sumber Pendanaan

Estimasi biaya pembangunan mencapai 8 miliar dolar AS (setara Rp 132 triliun). Dana utama berasal dari RDIF dan pemerintah Rusia, dengan skema co-funding dari mitra internasional—termasuk modal swasta Rusia serta potensi partisipasi perusahaan teknologi asal AS. Beberapa poin pendanaan:

Tantangan Konstruksi dan Teknologi

Pengerjaan terowongan bawah laut di wilayah Arktik menghadirkan sejumlah hambatan teknis dan lingkungan:

Manfaat Strategis dan Ekonomi

Jika terealisasi, tunnel ini akan mengubah wajah transportasi Eurasia–Amerika secara dramatis:

Potensi Risiko dan Kritik

Meski ambisius, proyek ini menuai skeptisisme di kalangan analis:

Langkah Persiapan dan Jadwal Proyek

Dmitriev menyatakan, dengan dukungan penuh kedua negara, terowongan ini dapat dibangun dalam waktu kurang dari delapan tahun. Proses awal akan mencakup:

Kesimpulan Sementara

Dengan jarak teknis hampir setara panjang lintasan kereta Solo–Temanggung, “Terowongan Putin-Trump” memacu inovasi rekayasa terowongan bawah laut terpanjang di dunia. Keberhasilan proyek ini sangat bergantung pada kolaborasi lintas negara, kesiapan teknologi, dan keseriusan mitigasi dampak lingkungan. Bagi Indonesia, inisiatif ini menjadi cerminan bagaimana infrastruktur megaskala dapat mentransformasi peta perdagangan global sekaligus menantang batasan teknis dan diplomasi internasional.

Exit mobile version