Bantuan Gaza Senilai 3 Bulan Terhenti di Yordania & Mesir, Alasan Penolakan Israel Bikin Syok!

Bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza menumpuk di gudang-gudang di Yordania dan Mesir akibat kebijakan pembatasan Israel. Sky News melaporkan bahwa di ibu kota Yordania, Amman, terdapat setidaknya tiga lokasi penyimpanan besar yang dipenuhi tenda, terpal, selimut, obat-obatan, dan susu formula bayi. Selain itu, PBB juga menyimpan pasokan serupa dalam gudang terpisah. Menurut data UNRWA, total bantuan yang tertahan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan penduduk Gaza selama tiga bulan.

Gudang-gudang Penuh, Truk-truk Terhenti

Beberapa fakta kunci mengenai penumpukan bantuan di Yordania dan Mesir :

  • Gudang Amman dipenuhi tenda, terpal, selimut, kasur, parasetamol, dan susu formula bayi.
  • Lebih dari 18 ribu ton bantuan tertahan sejak Maret 2025.
  • Ada tiga gudang besar di Amman, dikelola otoritas Yordania, plus beberapa lokasi UN.
  • Di Mesir, ribuan truk serupa juga menunggu izin masuk melalui perbatasan Rafah.

Hanya sebagian kecil pasokan yang diizinkan masuk ke Gaza setiap hari, sementara ribuan truk menunggu giliran, memperpanjang penderitaan ribuan keluarga pengungsi.

Peran UNRWA dan UNICEF

Wakil Komisaris Jenderal UNRWA, Natalie Boucly, menyatakan kepada The Guardian bahwa:

  • “Bantuan yang tertahan di Yordania dan Mesir cukup untuk memberi makan seluruh penduduk Gaza selama tiga bulan.”
  • “Namun, sebagian besar tertahan oleh pembatasan Israel, kami hanya dapat mengirimkan pasokan minimal.”

Di sisi lain, UNICEF melalui akun resminya di X menekankan pentingnya akses tanpa hambatan untuk semua pasokan anak-anak:

  • Lebih dari 5.000 tenda, 220.000 terpal, dan 29.000 perlengkapan pakaian musim dingin telah didistribusikan UNRWA.
  • UNICEF mendesak Israel membuka jalur masuk secara penuh, termasuk selimut dan terpal tahan air.

Sikap Otoritas Israel (COGAT)

COGAT, badan pertahanan Israel yang mengatur lalu lintas bantuan kemanusiaan, menyatakan:

  • Mereka telah memfasilitasi hampir 140.000 terpal langsung ke Gaza.
  • Musim dingin dingin di Gaza, sehingga pasokan selimut dan terpal dinilai krusial.
  • Israel membolehkan pasokan musim dingin masuk, namun jumlahnya jauh di bawah kebutuhan 1,4 juta penduduk rentan.

Meskipun COGAT menyoroti rute darat via Mesir, bantuan yang masuk hanya sebagian kecil dari yang dibutuhkan.

Alasan Penutupan Perbatasan

Seorang pejabat militer Israel menjelaskan bahwa pintu perbatasan utama Jordon-Israel ditutup setelah serangan pembunuhan dua tentara Israel oleh seorang pengemudi truk Yordania pada September 2025. Insiden ini memicu:

  • Penutupan perlintasan darat selama investigasi keamanan.
  • Penundaan izin masuk ribuan truk bantuan yang menunggu giliran.

Meskipun ada perlintasan alternatif di Rafah, Mesir, kapasitasnya terbatas dan belum mampu menyerap lonjakan truk bantuan yang menumpuk.

Kondisi Pengungsi di Kamp Muwasi

Di Gaza, kamp tenda Muwasi menjadi simbol penderitaan. Lebih dari 400.000 pengungsi tinggal di tenda darurat, dan hujan musim dingin memperparah kondisi:

  • Genangan air hingga beberapa inci di dalam tenda, tanpa drainase memadai.
  • Tenda sobek dan robek, membuat pengungsi basah kuyup dan rentan flu.
  • Warga harus menggali parit di sekeliling tenda untuk mengalirkan air hujan.

“Saya seharian memompa air keluar dari tenda,” kata Assil Naggar, salah seorang pengungsi, menggambarkan kondisi kritis yang mereka hadapi setiap hujan pertama.

Implikasi Hukum Humaniter

PBB menegaskan bahwa sebagai kekuatan pendudukan, Israel memiliki kewajiban di bawah hukum humaniter internasional untuk:

  • Mengizinkan bantuan menyeluruh masuk ke wilayah yang diduduki.
  • Menjamin distribusi aman dan merata tanpa hambatan administratif atau militer.

Penahanan bantuan dalam jumlah besar dianggap pelanggaran, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah di Gaza.

Persiapan Tahap Kedua Gencatan Senjata

Gencatan Senjata Israel-Hamas yang dimulai 10 Oktober 2025 akan memasuki tahap kedua setelah tahap pertama yang hampir selesai. Tahap kedua akan mencakup:

  • Penyediaan pasukan stabilisasi internasional untuk menjaga keamanan.
  • Pertukaran lebih banyak tahanan dan jenazah sandera.

Rencana ini masih menunggu suara Dewan Keamanan PBB, meski Rusia dan beberapa negara Arab menentang mandat pasukan internasional.

Dengan jutaan warga Gaza menggantungkan hidup pada pasokan yang tertahan, urgensi membuka perbatasan tanpa hambatan semakin mendesak. Warta Express akan terus memantau perkembangan ini dari sumber-sumber terpercaya untuk memberikan informasi terbaru bagi pembaca di Indonesia.