WartaExpress

Bocor! Bjorka Jual Data 4,9 Juta Nasabah, Raup Puluhan Juta Sekali Transaksi!

Klaim Peretasan 4,9 Juta Data Nasabah Bank

Polda Metro Jaya secara resmi menangkap pelaku peretasan yang dikenal dengan nama akun “Bjorka”. Pelaku, pria berinisial WFT (22) asal Minahasa, mengaku telah membobol 4,9 juta data nasabah bank swasta dan menjualnya di dark web dengan harga mencapai puluhan juta rupiah per transaksi. Penangkapan ini merupakan puncak dari pengejaran selama enam bulan oleh Direktorat Siber Polda Metro Jaya.

Kronologi Penangkapan dan Pengungkapan Kasus

Modus Operandi Penjualan Data di Dark Web

Menurut keterangan AKBP Fian Yunus, pelaku menggunakan teknik peretasan canggih untuk mendapatkan akses ke database bank. Berikut beberapa langkah yang dijalankan pelaku:

Nilai Transaksi dan Struktur Pembayaran

Pelaku mengungkap bahwa setiap paket data nasabah terjual dengan harga antara 20–50 juta rupiah, tergantung kelengkapan dan kategori data. Setiap transaksi pembayaran dilakukan dalam beberapa jenis cryptocurrency, termasuk Bitcoin (BTC) dan Monero (XMR), untuk menjaga anonimitas:

Jenis Data yang Dijual dan Target Korban

Tidak hanya data bank, pelaku juga mengklaim berhasil mengekspor data dari berbagai entitas, antara lain:

Pola serangan yang variatif ini menunjukkan peningkatan kemampuan teknis pelaku dan jaringan peretasannya.

Implikasi Keamanan Siber bagi Industri Perbankan

Kasus “Bjorka” menyoroti beberapa risiko utama dalam keamanan data perbankan Indonesia:

Respon Polda Metro Jaya dan Tindak Lanjut Hukum

Polda Metro Jaya berjanji akan terus mengusut jaringan “Bjorka” hingga ke tingkat pemasok dan pembeli. Beberapa langkah yang sudah dan akan ditempuh:

Upaya Mitigasi dan Rekomendasi Keamanan

Untuk mencegah kasus serupa, berbagai pihak diimbau untuk meningkatkan protokol keamanan:

Harapan bagi Keamanan Digital Indonesia

Kasus “Bjorka” menjadi peringatan keras bahwa keamanan data digital di Indonesia masih rentan. Sinergi antara aparat penegak hukum, regulator, industri perbankan, dan masyarakat menjadi kunci untuk membangun ekosistem siber yang tangguh. Dengan langkah-langkah preventif dan respons cepat, diharapkan kepercayaan publik terhadap sistem perbankan dan transaksi digital dapat dipulihkan.

Exit mobile version