Klarifikasi Tim Hukum: Bukti Catatan Militer Jadi Senjata Ampuh
Isu hubungan asmara antara aktor Kim Soo Hyun dan mendiang Kim Sae Ron kembali bergulir setelah kanal YouTube Garosero Research Institute (Gaseyeon) menuduh mereka berpacaran saat Sae Ron masih di bawah umur. Menanggapi tudingan ini, pengacara Ko Sang Rok dari firma Phil Law secara tegas membantah dan menghadirkan catatan harian militer Kim Soo Hyun sebagai bukti otentik.
Perbedaan Gaya Tulisan dalam Diary Militer
Ko Sang Rok menjelaskan bahwa ia telah meninjau “buku catatan harian” Kim Soo Hyun selama wajib militer, yang biasa ia gunakan untuk menulis pesan pribadi kepada kekasihnya saat itu. Ia menunjuk dua ciri krusial:
- Bahasa Kasih Sayang: Entry untuk pacar resmi berisi ungkapan cinta eksplisit seperti “Aku mencintaimu” dan harapan pertemuan kembali saat cuti.
- Catatan Netral untuk Sae Ron: Halaman yang diklaim milik Kim Sae Ron hanya berisi laporan kegiatan sehari-hari—cuaca, jadwal latihan, hingga pengalaman lucu—tanpa kata-kata romantis.
Perbedaan ini menurut Ko mematahkan narasi bahwa catatan tersebut adalah surat cinta untuk Kim Sae Ron, yang tuduhannya awalnya dipicu oleh penafsiran sepihak konten halaman yang dipotong secara selektif oleh Gaseyeon.
Langkah Hukum dan Putusan Pengadilan
Setelah tudingan mencuat ke publik pada akhir September, Kim Soo Hyun segera menempuh jalur hukum. Pengadilan Distrik Pusat Seoul mengeluarkan perintah sementara (temporary injunction) yang melarang Gaseyeon melakukan tindakan penguntitan (stalking) serta menyebarkan konten fitnah. Meskipun Gaseyeon mengajukan banding, pengadilan menolak dan menegaskan perlindungan hukum bagi privasi dan nama baik Kim Soo Hyun.
Rekaman Suara dan Tuduhan Manipulasi AI
Dalam upaya mendukung tudingan, Gaseyeon bersama kuasa hukum Kim Sae Ron, Bu Ji Seok, merilis rekaman suara yang disebut-sebut sebagai pengakuan Sae Ron tentang kedekatan mereka. Namun, tim Kim Soo Hyun menuduh rekaman tersebut hasil manipulasi kecerdasan buatan (AI), dan segera melaporkan kasus ini ke polisi dengan pasal:
- Pencemaran nama baik melalui Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik
- Penguntitan dan gangguan privasi berdasarkan Undang-Undang Anti-Stalking
Kasus rekaman suara kini ditangani oleh National Forensic Service (NFS) untuk uji autentisitas, sementara publik menanti hasil forensik resmi yang dijadwalkan diumumkan dalam beberapa minggu mendatang.
Motivasi di Balik Tuduhan
Tuduhan asmara di media sosial dan platform video tampaknya berakar pada hasrat sensasionalisme konten hiburan. Kanal Gaseyeon mengklaim memiliki akses eksklusif ke dokumen pribadi aktor, padahal:
- Catatan militer bersifat dokumen internal yang tidak diperuntukkan bagi konsumsi publik.
- Pengambilan snippet tanpa konteks memicu misinterpretasi dan fitnah.
- Motif keuntungan channel YouTube mendorong perilisan konten kontroversial untuk meningkatkan jumlah penonton.
Observasi ini memicu perdebatan seputar etika jurnalistik dan batasan kebebasan berekspresi di era digital.
Dampak Sosial dan Karier Aktor
Meski sempat terguncang, reputasi Kim Soo Hyun tampak bertahan kuat berkat respons cepat agensi Gold Medalist dan dukungan penggemar:
- Media K-Pop: Sejumlah outlet Korea Selatan menyoroti bukti catatan militer sebagai pembuktian tak terbantahkan.
- Fanbase Global: Komunitas penggemar internasional meluncurkan tagar #JusticeForKimSooHyun di Twitter dan Instagram.
- Sponsor dan Iklan: Beberapa merek yang sempat menunda kampanye kini kembali menunjukkan kepercayaan, menegaskan posisi Kim sebagai brand ambassador.
Akan tetapi, tekanan psikologis akibat tuduhan ini tidak bisa diabaikan. Kim Soo Hyun diketahui sempat cuti singkat dari aktivitas promosi untuk menjaga stabilitas mental sebelum kembali menjalankan jadwal syuting.
Pelajaran Bagi Industri Hiburan
Kasus ini menjadi peringatan penting bagi pelaku industri hiburan dan media digital:
- Validasi Fakta: Wajib melakukan cross-check dokumen dan wawancara resmi sebelum menayangkan konten sensitif.
- Perlindungan Privasi: Data pribadi selebritas harus dijaga sesuai hukum, terlepas dari status publik mereka.
- Regulasi Konten Digital: Pemerintah dan platform perlu memperkuat mekanisme moderasi untuk menghindari penyebaran hoaks dan fitnah.
Dengan meningkatnya kasus serupa, tersadar bahwa kehidupan selebritas di era media sosial memerlukan kesadaran bersama: antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab atas informasi yang dipublikasikan.