China Ungkap Strategi Rahasia Redam Konflik Thailand–Kamboja: Langkah Mengejutkan Terungkap!

Pemerintah China menyampaikan keprihatinan mendalam atas eskalasi ketegangan bersenjata antara Thailand dan Kamboja di wilayah perbatasan. Melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri, Guo Jiakun, Beijing menegaskan komitmen untuk memfasilitasi dialog kedua negara dan mendorong penurunan tensi sesuai prinsip netralitas dan keadilan.

Kronologi Bentrokan di Perbatasan

Pada Kamis (24/7) pagi, wilayah sengketa di perbatasan Thailand–Kamboja kembali memanas. Menurut Komando Wilayah Militer ke-2 Angkatan Darat Kerajaan Thailand, bentrokan dimulai sekitar pukul 07.45 WIB saat pasukan darat kedua negara terlibat baku tembak. Insiden ini memicu respons militer yang lebih besar:

  • Kamboja menembakkan roket sistem BM-21 Grad ke wilayah Provinsi Sisaket, Thailand.
  • Sekitar pukul 10.51 WIB, enam jet tempur F-16 Thailand melancarkan serangan udara, menghantam posisi Batalion Infanteri ke-8 dan ke-9 militer Kamboja.
  • Media lokal Nation melaporkan adanya korban tewas dan luka-luka di kedua kubu, termasuk warga sipil yang berada di zona terdampak. Pemerintah daerah di empat provinsi Thailand terdekat mengumumkan evakuasi massal penduduk demi menghindari potensi bahaya lanjutan.

    Sikap Resmi China: Netral dan Konstruktif

    Guo Jiakun menegaskan bahwa China “menjunjung tinggi sikap yang adil dan tidak memihak.” Pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri menyebutkan:

  • China siap memfasilitasi rekonsiliasi dan negosiasi dengan pendekatan konstruktif.
  • Beijing akan terus mendukung dialog damai demi meredam ketegangan militer.
  • China berharap kedua pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui perundingan langsung.
  • Langkah ini mencerminkan peran diplomatik China sebagai tetangga besar di kawasan yang berkepentingan stabilitas Asia Tenggara.

    Dampak Kemanusiaan dan Evakuasi Warga

    Bentrokan senjata berat dan pengeboman udara menambah resiko bagi warga sipil. Beberapa poin penting:

  • Korban meninggal dan luka tercatat di dua sisi, namun data resmi masih dikumpulkan pihak berwenang.
  • Pengungsi diperkirakan mencapai puluhan ribu jiwa, menunggu penanganan darurat di tempat penampungan terdekat.
  • Operasi evakuasi dipimpin lembaga keamanan provinsi, dibantu Palang Merah dan organisasi kemanusiaan internasional.
  • Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan krisis kemanusiaan yang meluas jika konflik tidak segera diredam.

    Peran dan Harapan ASEAN

    Ketegangan antara Thailand dan Kamboja menantang soliditas ASEAN. Sebagai organisasi regional, ASEAN memiliki beberapa instrumen untuk menengahi konflik:

  • ASEAN Regional Forum (ARF) dapat menjadi forum konsultasi keamanan strategis.
  • Peran ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on disaster management (AHA Centre) dalam krisis pengungsi lintas negara.
  • Rencana Kerja Sama ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM) Plus untuk meredakan ketegangan militer.
  • Indonesia, sebagai Ketua ASEAN 2023-2026, diharapkan mendorong dialog intensif dan penggunaan mekanisme damai, menjaga prinsip non-intervensi sekaligus memprioritaskan perlindungan warga.

    Implikasi Bagi Indonesia dan Kawasan

    Konflik perbatasan ini bisa berdampak luas pada keamanan dan ekonomi regional:

  • Gangguan arus perdagangan: rute laut dan darat penghubung ASEAN dapat mengalami penundaan dan kenaikan biaya logistik.
  • Investor dan pariwisata: ketidakpastian politik menurunkan minat investasi asing dan wisatawan mancanegara.
  • WNI di Thailand–Kamboja: permintaan konsuler KBRI Bangkok untuk menahan diri melakukan perjalanan ke zona konflik demi keselamatan.
  • Warta Express menghimbau WNI dan pelaku bisnis di kawasan untuk memantau perkembangan dan mengikuti arahan resmi KBRI serta instansi terkait.

    Langkah Diplomasi dan Rekomendasi

    Beberapa langkah strategis yang perlu diambil pemerintah Indonesia dan ASEAN:

  • Melakukan lobi tingkat tinggi kepada Thailand dan Kamboja melalui saluran diplomatik untuk segera menghentikan tembakan dan memulai pembicaraan gencatan senjata.
  • Menyelenggarakan pertemuan khusus ASEAN dengan mediasi Penasihat Khusus ASEAN untuk Keamanan dan Stabilitas.
  • Menggalang koordinasi bantuan kemanusiaan untuk pengungsi di kedua negara, bekerja sama dengan organisasi internasional.
  • Memperkuat perlindungan WNI dan mempersiapkan jalur evakuasi darurat jika situasi memaksa.
  • Dengan mengedepankan diplomasi intensif dan bantuan kemanusiaan, diharapkan eskalasi dapat dikendalikan, mencegah krisis kemanusiaan yang lebih besar serta menjaga perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara.