WartaExpress

Dramatis! Akses Putus di Aceh — PSI Terbangkan Drone untuk Kirim Bantuan saat Jalan dan Jembatan Lumpuh

Situasi banjir di Aceh menunjukkan betapa cepatnya bencana alam dapat memutus akses logistik dan memisahkan masyarakat dari bantuan. Ketika jembatan ambles, jalan longsor, dan sungai meluap, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menempuh langkah tak konvensional: mengerahkan drone untuk mengirimkan bantuan ke wilayah‑wilayah yang terisolasi. Langkah ini menggambarkan adaptasi cepat di lapangan—dari metode distribusi tradisional menuju solusi teknologi yang mampu menjangkau titik‑titik paling sulit.

Kenapa drone jadi pilihan?

Menurut pernyataan Ketua DPW PSI Aceh, Zulkarnaini Syeh Joel, rute darat menuju beberapa kecamatan seperti Aceh Tengah, Bener Meriah, dan daerah lainnya putus total. Dalam kondisi demikian, perjalanan yang semestinya berlangsung beberapa jam bisa berubah menjadi perjalanan dua hari dua malam, bahkan tidak bisa ditempuh sama sekali. Drone menjadi jawaban sementara: mampu mengangkut paket logistik kecil dan kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan segera, seperti air mineral, obat, dan bahan makanan ringan.

Jenis bantuan yang dikirim dan skala operasi

Dari posko utama PSI di Bireuen, relawan berhasil menyalurkan ratusan kilogram bantuan ke beberapa titik. Data yang disampaikan menunjukkan distribusi bantuan berupa beras (2,9 ton), minyak goreng (245 liter), telur (200 papan), air mineral (150 dus), mie instan (160 dus), susu (13 dus) dan beberapa kebutuhan dasar lainnya. Sementara itu, untuk titik‑titik terisolasi, drone digunakan untuk “langsir” barang—istilah yang dipakai untuk mengangkut muatan dalam jumlah kecil berulang kali menuju lokasi yang tidak dapat dilalui kendaraan.

Tantangan logistik di lapangan

Pendistribusian bantuan bukan tanpa hambatan. Relawan menghadapi medan ekstrem: jembatan putus di Kutablang (Bireuen), jembatan amblas di Desa Teupin Mane (Kecamatan Juli), serta longsor di Bener Meriah yang memaksa relawan membawa bantuan secara manual dengan cara dipikul. Komunikasi juga menjadi kendala—sinyal seluler melemah di sejumlah area dan listrik padam—sehingga koordinasi pengiriman harus mengandalkan metode lokal dan komunikasi langsung dengan warga setempat.

Peran komunitas lokal dan kolaborasi relawan

Keberhasilan operasi bantuan diakui tidak lepas dari sinergi antara relawan PSI, masyarakat lokal, dan pihak lain yang terlibat. Di beberapa titik, warga bergotong royong membantu membawa logistik ke lokasi terdampak. PSI juga mencatat dukungan dari struktur partai di Sumut dan DPP yang turut memperkuat upaya penanganan. Kerja sama ini kritis ketika teknologi seperti drone hanya mampu mengangkut muatan terbatas; bantuan besar tetap perlu disalurkan lewat upaya manual dan koordinasi darat.

Kebutuhan mendesak yang masih terbuka

Meski sejumlah bantuan telah sampai, kebutuhan penyintas tetap besar. Prioritas utama meliputi:

  • Air bersih dan sanitasi untuk mencegah penyakit menular.
  • Perlengkapan bayi dan anak (susu, popok, kebutuhan gizi).
  • Layanan kesehatan darurat dan obat‑obatan dasar.
  • Dukungan logistik untuk membuka akses jalan dan jembatan sementara.
  • PSI menargetkan membuka dua dapur umum tambahan di Aceh Tengah dan Bener Meriah untuk meningkatkan kapasitas penyaluran makanan hangat kepada penyintas.

    Keunggulan dan keterbatasan penggunaan drone

    Drone terbukti efektif untuk mengatasi hambatan akses cepat: pengiriman singkat, presisi lokasi, dan kemampuan menjangkau area yang tidak dapat dilalui kendaraan berat. Namun, penggunaan drone juga memiliki keterbatasan yang perlu diperhatikan:

  • Kapasitas muatan relatif kecil—lebih cocok untuk kebutuhan darurat jangka pendek.
  • Kendala cuaca—angin kencang dan hujan menghambat penerbangan aman.
  • Keterbatasan jangkauan baterai yang memerlukan titik lanjutan (relay) atau mobilisasi operator di beberapa titik.
  • Meskipun demikian, drone tetap menjadi alat tambahan yang sangat berguna dalam fase tanggap darurat ketika opsi lain tidak tersedia.

    Langkah lanjutan yang diperlukan

    Agar penanganan bencana berjalan lebih baik, beberapa langkah berikut perlu dijalankan secara paralel:

  • Memperkuat koordinasi antara lembaga pemerintahan, TNI/Polri, organisasi kemanusiaan, dan relawan lokal untuk alur distribusi yang lebih efisien.
  • Pengadaan lebih banyak titik logistik sementara (posko) di pinggiran area terdampak untuk memudahkan distribusi.
  • Perbaikan akses jalan prioritas dan pemulihan jembatan sementara untuk mempercepat pengiriman logistik berat.
  • Peningkatan ketersediaan layanan kesehatan bergerak dan pemulihan jaringan komunikasi darurat.
  • Pesan penting bagi publik dan donatur

    Dalam situasi darurat seperti ini, kebutuhan bersifat dinamis dan tergantung pada kondisi lapangan. Donatur disarankan menyalurkan bantuan melalui kanal resmi yang terkoordinasi dengan posko lokal untuk memastikan barang yang dikirim sesuai kebutuhan nyata dan dapat disalurkan secara efektif. Selain barang, dukungan logistik, bahan bakar untuk kendaraan operasi, dan tenaga relawan terlatih juga sangat bernilai.

    Kasus distribusi bantuan PSI dengan drone di Aceh menjadi cermin adaptasi cepat dalam penanganan bencana. Teknologi membantu menjembatani keterbatasan akses, namun sinergi antar pihak, partisipasi komunitas lokal, dan strategi distribusi yang matang lah yang menentukan keberhasilan jangka panjang penanganan bencana. Untuk Warta Express, kami akan terus memantau perkembangan kebutuhan lapangan dan update dari posko‑posko resmi untuk memastikan informasi dan arahan kepada masyarakat tetap akurat.

    Exit mobile version