RAJA AMPAT – wartaexpress.com – Bukan karena melawan kotak kosong, namun track record Faris-Ori sebelum dipasangkan menjadi Calon Bupati dan Wakil Bupati, keduanya telah memiliki catatan tersendiri dalam kancah politik di Kabupaten Raja Ampat.
Abdul Faris Umati, SE, sosok Bupati Kabupaten Raja Ampat yang populer dikenal dengan nama AFU, merupakan pemuda Raja Ampat yang sangat tangguh di kancah politik Provinsi Papua Barat.
Lahir dari keturunan keluarga politikus, sejak kecil telah terbiasa dengan kehidupan politik, ayahanda AFU, Haji Abbas Umlati, dikenal dengan julukan “anggota DPRD seumur hidup“ sejak masa muda hingga usia senja, dihabiskannya di panggung DPRD Kabupaten Sorong hingga Raja Ampat dari tahun 2004-2019.
H. Abbas, sukses mengkaderkan AFU menjadi politikus ulung yang dijuluki Sang Petarung Sejati. Terlepas dari ayahnya, AFU juga telah malang melintang di pentas politik dan bisnis sejak menjadi mahasiswa di Jayapura.
Lulus kuliah, AFU kembali ke Raja Ampat berhasil membangun bisnis sebagai kontraktor, sekaligus menjadi Ketua Partai Demokrat hingga sekarang. Perpaduan politik dan bisnis, menjadikan AFU sangat tangguh dalam pentas politik di Kabupaten Raja Ampat.
Masih berusia muda, AFU telah menunjukkan kemampuannya melawan Bupati Petahana Drs. Marcus Wanma, M.Si, dan Wakil Bupati Drs. Inda Arfan, M.Ec.Dev, yang dikenal dengan pasangan Marinda.
Melawan Marinda, AFU yang ketika itu berpasangan dengan Oktovianus Mambraku, SH, berakhir di Mahkamah Konstitusi. Kekuatan hampir berimbang, dan harus diselesaikan secara hukum. Kekuatan AFU ini kemudian sangat diperhitungkan oleh Marinda.
Kalah lawan Marinda, AFU maju kembali pada Pilkada 2015, lawan Drs. F. Dimara, M.Si, dan Abusaleh Alqadri (Damai), DR. Arthemas Mambrisau -Jufri Macap (Arjuna) dan Drs. Willem Mambrasar-H. Moh. Nasib Baria (Mambri).
Pasangan Damai masih merupakan bagian dari Marinda dan rezim penguasa. Drs. F. Dimara merupakan mantan Sekda, sementara Abusaleh Alqadri merupakan mantan anggota DPRD dari Fraksi Golkar. Arthemas Mambraku mantan Kepala Bappeda dan Willem Mambrasar mantan Kadispora dan Ketua KNPI Raja Ampat.
Lawan Damai, Arjuna dan Mambri, AFU yang ketika itu berpasangan dengan Manuel Pieter Urbinas, unggul jauh dari semua calon. Walaupun sengketa Pilkada berakhir di MK, namun pasangan Damai harus menerima ditolak karena selisih angka yang cukup jauh, sehingga tidak memenuhi syarat.
Menjadi Bupati selama tahun 2016-2021, AFU kembali maju berpasangan dengan Orideko Iriano Burdam, S.IP, MM, M.Ec.Dev, yang disebut pasangan Faris-Ori pada Pilkada 2020.
Orideko Iriano Burdam yang dikenal dengan panggilan Ori, merupakan mantan Kepala Badan Keuangan dan Asset Daerah (BPKAD) Kabupaten Raja Ampat. Karir Orideko dimulai bersama Forum Generasi Muda Raja Ampat (FK-Gemura) dalam mendirikan Kabupaten Raja Ampat tahun 2001-2003.
Oridek, sosok sederhana yang tidak banyak cakap, namun lebih suka bekerja, sejak menjadi PNS dari Kabupaten Sorong hingga menjadi pegawai pertama Raja Ampat, karirnya dihabiskan pada bidang keuangan hingga puncaknya menjadi Kepala BPKAD.
Walaupun berkarir pada bidang keuangan, namun Orideko aktif mengkaderkan pemuda melalui Forum Anak Raja Ampat Kreatif (Farek). Berbagai karya seni dan olahraga serta event baik skala lokal, nasional hingga international, telah dilaksanakan oleh pemuda yang tergabung dalam Farek.
Marinda merupakan Bupati dan Wakil Bupati Raja Ampat pertama yang telah meletakkan dasar pembangunan pemerintahan di Raja Ampat dan dianggap berhasil, di balik keberhasilan Marinda, adalah sosok Orideko Burdam yang selalu siap bekerja tanpa berbicara untuk kesuksesan Marinda.
Pilkada Raja Ampat tahun 2020, Faris-Ori akan menjadi peserta tunggal melawan kotak kosong. Perjuangan Faris-Ori untuk merebut seluruh rekomendasi partai, tak luput dari track record dan popularitas keduanya yang menjadikan mereka memiliki nilai jual tinggi dan dilirik semua partai.
Faris-Ori terlalu tangguh untuk memenangkan pertarungan perebutan perolehan rekomendasi partai. Sebanyak 6 partai politik dari 7 partai politik di DPRD Raja Ampat, menjatuhkan pilihan kepada Faris-Ori, kecuali partai Hanura yang tak dilirik.
Wakil Bupati Manuel Urbinas yang maju pada Pilkada 2015 berpasangan dengan AFU, kembali menjadi seteru Afu dan berpasangan dengan Hasan Makasar (Mansar), harus menerima kenyataan tidak memiliki rekomendasi, demikian juga paslon Charles Imbir-Reynold Bula (Ceria) dan Arthemas Kabori (Akabri).
Pengamat politik di Raja Ampat mengatakan bahwa, jangankan melawan kotak kosong, melawan Marinda dan Damai saja, AFU menang mutlak. Apalagi Cuma lawan kotak kosong. AFU yang berpasangan dengan Ori, terlalu tangguh di Pilkada Raja Ampat.
Almarhum Drs. Marcus Wanma, M.Si, ketika mengkaderkan Drs. Ferdinand Dimara, M.Si, untuk maju lawan AFU, sempat mengingatkan kader-kader muda Raja Ampat dari PNS agar tidak maju banyak paslon, jika pasangan lebih dari dua, maka AFU akan menang telak, maka harus head to head agar mampu mengalahkan AFU.
Nasehat Drs. Marcus Wanma, M.Si, terbukti benar, AFU menang telak pada Pilkada tahun 2015. Nasihat Marcus Wanma, tentu tak lepas dari pengalamannya ketika masih berkuasa dan sebagai petahana, namun mampu diimbangi oleh AFU dan Manu.
Dari pantauan di lapangan, terdapat kelompok kecil dari partai politik, pengurus partai politik yang berseberangan dan para pensiunan ASN Raja Ampat, mendeklarasikan diri sebagai pejuang dan relawan kotak kosong untuk lawan Faris-Ori, namun kekuatannya sangat kecil sekali. (Joris)
Discussion about this post