Penutupan Resmi 190 Kelas Pelatihan TIK Nasional
Pada Senin, 14 Juli 2025, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika menutup rangkaian Pelatihan TIK Nasional bagi Penyandang Disabilitas secara daring. Acara penutupan disiarkan melalui platform Zoom dan kanal YouTube resmi BAKTI Komdigi, menandai sukses terselenggaranya 190 kelas pelatihan yang diikuti oleh 2.652 peserta dari 38 provinsi.
Latar Belakang Program Inklusi Digital
Program “Inklusi Digital: Aksesibilitas untuk Disabilitas” diluncurkan sebagai respons terhadap kebutuhan literasi digital di kalangan penyandang disabilitas. Sejak 2014, BAKTI Komdigi bersama mitra strategisnya—Yayasan Paradifa Prama Indonesia—berupaya membuka akses teknologi informasi hingga ke wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T), memanfaatkan jaringan internet satelit SATRIA 1 dan infrastruktur broadband desa.
Cakupan Materi dan Metode Pelatihan
Pelatihan berlangsung selama tiga minggu, terhitung sejak 24 Juni hingga 12 Juli 2025. Materi dibagi ke dalam empat bidang keahlian:
- Content Creator – teknik pembuatan konten multimedia, storytelling, dan penggunaan platform sosial media.
- Digital Office – penguasaan aplikasi kantor (word processing, spreadsheet, presentasi) secara inklusif.
- Digital Marketing – strategi pemasaran daring, optimasi SEO, dan analisis iklan digital.
- Digital Public Relations – manajemen citra lembaga, komunikasi publik, serta penyusunan rilis pers digital.
Setiap bidang disajikan dalam dua tingkatan: pengenalan (basic) dan pendalaman (advanced), memanfaatkan sistem pembelajaran interaktif, praktek langsung, serta pendampingan oleh trainer bersertifikat.
Peserta dan Representasi Wilayah
Dari total 2.652 peserta terdaftar, lebih dari 30% berasal dari wilayah 3T. Rerata usia peserta adalah 18–45 tahun, berasal dari yayasan disabilitas, komunitas, lembaga pendidikan, hingga unsur pemerintah daerah. Seleksi dilakukan secara daring dengan kriteria kemampuan dasar membaca tulisan Braille, penggunaan perangkat bantu dengar, dan akses stabil internet.
Peran Yayasan Paradifa dan Kolaborasi Multi-Pihak
Yayasan Paradifa Prama Indonesia berkontribusi dalam penyusunan kurikulum inklusif dan menyediakan juru bahasa isyarat. Selain itu, pelatihan melibatkan:
- Trainer yang berpengalaman dalam metode pengajaran inklusif.
- Fasilitator kelas daring dan pengelola teknologi platform.
- Asesor untuk evaluasi capaian belajar dan sertifikasi kompetensi.
Kolaborasi ini memastikan suasana belajar kondusif dan mendukung penyandang disabilitas tanpa hambatan komunikasi.
Inovasi Akses Daring ke Seluruh Provinsi
Pelaksanaan daring memanfaatkan infrastruktur broadband milik BAKTI, didukung satelit SATRIA 1 yang menjangkau 4.000 titik lokasi. Sistem platform Zoom terintegrasi dengan fitur aksesibilitas, termasuk teks otomatis, navigasi keyboard, dan audio deskripsi, sehingga semua peserta dapat mengikuti sesi tanpa kendala teknis.
Indikator Keberhasilan Program
- 190 kelas daring terselenggara lancar dengan absensi rata-rata 95% per sesi.
- 2.500+ peserta lulus seleksi awal, 2.652 peserta tuntas mengikuti pelatihan.
- Umpan balik positif mencapai 4,7/5 untuk kualitas materi dan instruktur.
- Percepatan adopsi teknologi pada 38 organisasi penyandang disabilitas di daerah.
Lanjutkan Melalui Kompetisi Regional
Sebagai tindak lanjut, peserta terbaik tingkat provinsi akan bersaing di empat kota regional: Solo, Badung, Medan, dan Makassar. Pemenang dari masing-masing regional akan diundang ke babak final nasional di Jakarta—memfasilitasi pengembangan jejaring dan potensi karier di sektor digital.
Dampak Sosial dan Produktivitas
Peningkatan literasi digital diharapkan mendorong:
- Kesempatan berwirausaha online bagi penyandang disabilitas.
- Produktivitas kerja lewat keterampilan Digital Office dan Marketing.
- Partisipasi aktif dalam kampanye publik digital dan komunikasi kelembagaan.
- Peningkatan kemampuan adaptasi teknologi dalam dunia pendidikan dan pekerjaan.
Visi Jangka Panjang dan Skalabilitas
BAKTI Komdigi menargetkan perluasan program ke 5.000 peserta pada 2026 dengan menambah bidang keterampilan, seperti Cybersecurity dan Analitik Data. Upaya ini sejalan dengan visi pemerintah mewujudkan Indonesia digital inklusif, menjadikan penyandang disabilitas sebagai bagian aktif dalam transformasi ekonomi berbasis teknologi.