Geger! Diabetes Tipe 5 Resmi Mengancam Remaja Kurang Gizi – Simak Gejalanya!

Apa Itu Diabetes Tipe 5?

Pada awal Mei 2025, Diabetes Tipe 5 resmi diakui sebagai jenis baru gangguan metabolik yang berbeda dari Tipe 1 hingga Tipe 2. Berbeda dengan diabetes autoimun atau insulin-resisten pada umumnya, Tipe 5 berkaitan erat dengan kondisi malnutrisi kronis. Bagi remaja dan dewasa muda yang mengalami kekurangan asupan gizi, tubuh menunjukkan gejala hiperglikemia meski pola makan rendah kalori. Pengakuan formal ini membuka babak baru dalam penanganan penyakit metabolik di Indonesia.

Faktor Risiko: Remaja dan Malnutrisi

Data awal menunjukkan Diabetes Tipe 5 banyak menyerang kelompok usia 15–25 tahun, khususnya yang tinggal di rumah tangga berpenghasilan rendah. Beberapa faktor risiko utama meliputi:

  • Malnutrisi Protein-Energi: Asupan kalori dan protein yang kronis rendah melemahkan fungsi pankreas dalam memproduksi insulin.
  • Defisiensi Mikronutrien: Kekurangan vitamin B complex, vitamin D, dan mineral seperti magnesium mengganggu metabolisme glukosa.
  • Infeksi Berulang: Sistem imun yang melemah membuat tubuh rentan terhadap infeksi, memicu stres oksidatif dan resistensi insulin sementara waktu.

Akibatnya, remaja yang kurang gizi menghadapi risiko lebih tinggi meski belum memiliki faktor risiko obesitas atau riwayat keluarga dengan diabetes.

Gejala Desaing dan Tantangan Diagnosis

Gejala Diabetes Tipe 5 bisa sulit dibedakan dari gangguan kesehatan akibat malnutrisi, seperti kelelahan kronis atau penurunan berat badan:

  • Sering Haus dan Lapar: Hiperglikemia memicu rasa haus berlebih sekaligus rasa lapar yang tidak terpuaskan.
  • Penurunan Berat Badan Tanpa Sengaja: Tubuh mulai memecah cadangan lemak dan otot untuk memenuhi kebutuhan energi.
  • Infeksi Berulang dan Luka Sulit Sembuh: Kulit dan selaput lendir lebih rentan terinfeksi dan proses penyembuhan melambat.

Karena overlap gejala, banyak tenaga kesehatan masih mengabaikan kemungkinan diabetes pada pasien malnutrisi. Pemeriksaan gula darah rutin dan penilaian status gizi menjadi kunci deteksi dini.

Penanganan Medis dan Nutrisi Terpadu

Protokol baru untuk Diabetes Tipe 5 menekankan pendekatan ganda: perbaikan gizi dan kontrol glukosa:

  • Pemberian Diet Seimbang: Menu kaya protein (ikan, telur, kacang-kacangan) dan karbohidrat kompleks, ditambah sayur serta buah tinggi antioksidan.
  • Suplementasi Mikronutrien: Pemberian vitamin B, D, dan mineral magnesium sesuai dosis dokter untuk mendukung fungsi sel beta pankreas.
  • Monitoring Gula Darah: Penggunaan alat glukometer pada remaja berisiko untuk mengevaluasi tren hiperglikemia.
  • Terapi Insulin Saja jika Diperlukan: Kasus berat dapat memerlukan suntikan insulin dosis rendah sementara sambil memperbaiki status gizi.

Kolaborasi antara dokter, ahli gizi, dan pekerja sosial di puskesmas atau klinik kesehatan remaja menjadi model ideal untuk implementasi perawatan komprehensif.

Peran Pemerintah dan Program Intervensi

Kementerian Kesehatan RI menanggapi pengakuan Diabetes Tipe 5 dengan menyusun beberapa kebijakan:

  • Program Gizi Remaja: Integrasi posyandu remaja di sekolah menengah untuk screening gizi dan gula darah.
  • Subsidi Pangan Bergizi: Bantuan bahan pangan tinggi protein dan karbohidrat kompleks bagi keluarga berpenghasilan rendah.
  • Penyuluhan Massal: Kampanye “Sehat Tanpa Lapar” melalui media sosial dan radio lokal untuk edukasi pola makan sehat.
  • Peningkatan Fasilitas Lab: Penambahan alat tes gula darah portable di 50% puskesmas rawan malnutrisi.

Langkah ini diharapkan mendukung deteksi dini dan mencegah komplikasi jangka panjang seperti neuropati atau kerusakan ginjal pada remaja.

Kesiapan Lintas Sektor dan Peran Komunitas

Selain intervensi dari pemerintah, peran komunitas dan organisasi nirlaba sangat vital:

  • Komunitas Peduli Gizi: Kelompok relawan yang menyediakan pelatihan memasak menu bergizi dengan biaya terjangkau.
  • Sekolah Ramah Gizi: Program kantin sehat yang menerapkan standar Porsi Seimbang Gizi Anak Sekolah (PSGAS).
  • Lembaga Bantuan Kesehatan: Kerjasama CSR perusahaan farmasi untuk pengadaan glukometer dan suplemen gizi di desa terpencil.

Dengan jaringan kolaboratif, harapan besar muncul untuk menurunkan angka kasus baru Diabetes Tipe 5 dalam kurun waktu lima tahun ke depan.