WartaExpress

Geger! Pameran Martabat & Buku Babad Diponegoro Bongkar Fakta Mengejutkan Perang Jawa

Perayaan 200 Tahun Perang Jawa dan Semangat “Martabat”

Bergerak dalam rangkaian peringatan dua abad Perang Jawa (1825–1830), Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menghadirkan program budaya dan literasi bertajuk “Martabat”. Kegiatan ini dirancang untuk membangkitkan ingatan kolektif bangsa sekaligus menanamkan nilai-nilai patriotisme tentang Pangeran Diponegoro kepada generasi muda. Momen reflektif ini bertepatan dengan tonggak sejarah penting yang menjadi fondasi esprit nasionalisme Indonesia.

Latar Belakang Sejarah Perang Jawa

Perang Jawa, yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, menguji keteguhan rakyat Jawa dalam melawan penjajahan Belanda. Konflik berdarah selama lima tahun tersebut tidak hanya menunjukkan kekuatan militer, tetapi juga merefleksikan semangat kerelawanan dan persatuan. Babad Diponegoro—naskah kuno yang dicatat oleh Raden Ngabehi Ranggawarsita—telah diakui UNESCO sebagai Memory of the World, menegaskan pentingnya warisan literasi ini.

Peluncuran Pameran “Martabat” di Gedung Perpusnas

Pameran tematik “Martabat” dibuka pada 20 Juli 2025 dan berlangsung hingga 20 Agustus 2025 di Gedung Perpusnas, Jakarta. Pameran ini menampilkan koleksi langka dari berbagai institusi, antara lain Museum Nasional, Keraton Yogyakarta, serta koleksi pribadi para peneliti. Di antara artefak yang dipamerkan terdapat replika keris dan pelana kuda Pangeran Diponegoro—simbol kebesaran dan keberanian sang pahlawan.

Pengalaman Interaktif Melalui Platform Digital

Menjawab kebutuhan akses global, pameran “Martabat” juga dihadirkan secara virtual melalui Google Arts & Culture. Pengunjung online dapat menjelajahi galeri digital, membaca deskripsi artefak, dan menonton video narasi. Inisiatif ini memungkinkan khalayak internasional untuk memahami lebih dalam konteks sejarah Perang Jawa dan menghargai kekayaan budaya Indonesia tanpa batas geografis.

Peluncuran Buku “Babad Diponegoro” Dua Jilid

Salah satu puncak rangkaian acara adalah peluncuran edisi cetak buku Babad Diponegoro dalam dua jilid yang disunting oleh sejarawan Peter Carey. Edisi ini memuat terjemahan teks asli, catatan kaki mendetail, serta kajian historis yang memudahkan pembaca kontemporer memahami bahasa dan konteks abad ke-19. Dengan format ilmiah, buku ini meningkatkan daya saing literasi sejarah di Indonesia.

Sketsa Kolaboratif Perang Jawa oleh Carey dan Gunawan

Untuk memperkaya pengalaman visual, Perpusnas bekerja sama dengan filolog Aditia Gunawan menghasilkan sketsa ilustratif tentang peristiwa-peristiwa kunci Perang Jawa. Sketsa ini memetakan posisi pasukan, strategi pengepungan, dan adegan pertempuran yang menentukan. Gaya kolaborasi Carey–Gunawan menampilkan perpaduan keakuratan historis dan estetika seni rupa kontemporer.

Komik Edukatif untuk Generasi Muda

Dalam upaya menumbuhkan minat baca sejarah pada anak-anak dan remaja, disiapkan 25 judul komik bertema perjuangan Diponegoro. Tiap komik disusun dalam format visual menarik, dialog sederhana, dan infografis yang menjelaskan konsep kepahlawanan. Materi komik diharapkan mampu menginspirasi generasi Z dan Alpha untuk menghargai jasa para pejuang kemerdekaan.

Pernyataan Sekretaris Utama Perpusnas

Sekretaris Utama Perpusnas, Joko Santoso, menegaskan bahwa rangkaian “Martabat” bukan sekadar memamerkan artefak, melainkan membangun kesadaran kolektif. “Kita ingin memperkuat patriotisme dengan menghadirkan sejarah secara inklusif dan edukatif. Generasi muda perlu memahami bahwa Babad Diponegoro adalah akar perjuangan kita,” ujarnya dalam Taklimat Media, Jumat (18/7/2025).

Pentingnya Koleksi Babad Diponegoro

Babad Diponegoro merupakan catatan perjalanan perang dari sudut pandang rakyat Jawa dan pengikut Diponegoro. Dokumen ini merekam motivasi kultural, struktur komando, serta dampak sosial konflik. Dengan status UNESCO, Babad Diponegoro memegang peran ganda: bukti tertulis sejarah lokal dan warisan literasi global yang harus dilestarikan bagi masyarakat dunia.

Dukungan Editor Senior KPG

Editor Senior Kompas Gramedia Publishing, Candra Gautama, menambahkan bahwa 2025 adalah momentum refleksi kebangsaan. “Memperingati 80 tahun kemerdekaan Indonesia dan 100 tahun kelahiran sastrawan A.A. Navis, kita perlu memperkaya kecintaan terhadap literasi sejarah. Tanpa inisiatif seperti ‘Martabat’, akar perjuangan nasional bisa terlupakan,” ujarnya.

Rangkaian Acara Publik dan Workshop

Selain pameran, Perpusnas menyelenggarakan workshop penulisan sejarah, diskusi panel, dan tur edukatif bagi pelajar. Program ini terbuka untuk umum dengan pendaftaran daring melalui situs resmi Perpusnas. Materi diskusi mencakup metodologi penelitian sejarah, autentikasi sumber, dan strategi penyajian sejarah lokal di era digital.

Harapan Melestarikan Warisan Budaya

Dengan menghadirkan pameran tematik dan program literasi, Perpusnas berharap “Martabat” menjadi jembatan generasi untuk menghargai perjuangan pahlawan. Kolaborasi antarlembaga, pemanfaatan teknologi digital, serta format edukatif diyakini mampu menancapkan semangat nasionalisme yang berkelanjutan di tengah masyarakat modern.

Exit mobile version