Geger! Sejumlah PLTN Eropa Ditutup Gara-gara Panas Ekstrem, Harga Listrik Meledak!

Musim panas Europa 2025 mencatat suhu tertinggi dalam sejarah dan menimbulkan tekanan besar pada sistem kelistrikan. Financial Times melaporkan bahwa beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Prancis, Swiss, dan negara Eropa lainnya terpaksa menutup operasinya sementara atau mengurangi kapasitas produksi karena kesulitan mendinginkan reaktor saat air sungai dan danau yang menjadi sumber pendingin menipis.

PLTN Prancis: 17 dari 18 Unit Terbatas

Di Prancis, negara dengan pangsa nuklir terbesar di Eropa, 17 dari 18 reaktor mengerem outputnya. Alasan utamanya:

  • Sumber air menurun drastis: Sungai Loire, Rhone, dan kanal penyalur sudah mengalami level paling rendah dalam beberapa dekade.
  • Suhu air pendingin meningkat: Air sungai yang lebih hangat mengurangi efisiensi perpindahan panas dari inti reaktor, sehingga perlu menurunkan daya untuk menghindari overheating.
  • Regulasi lingkungan: Batas suhu aliran kembali air ke badan sungai diatur ketat untuk melindungi ekosistem, memaksa operator melakukan throttling.

Praktik Serupa di Swiss dan Negara Lain

PLTN di Swiss, Jerman, dan Belgia juga menghadapi kendala serupa. Di Swiss, setidaknya dua unit menangguhkan operasi secara bergantian. Sementara di Jerman, beberapa fasilitas menurunkan beban hingga 30% untuk menjaga suhu air pendingin tidak melebihi ambang regulasi. Faktor-faktor tersebut memperlihatkan kerentanan PLTN keluarga “arus dingin” yang bergantung pada pasokan air eksternal.

Kenaikan Permintaan Listrik dan Harga Melonjak

Gelombang panas yang berlangsung antara 23 Juni hingga 3 Juli mendorong lonjakan penggunaan AC dan pendingin udara di seluruh Eropa:

  • Kenaikan permintaan di Uni Eropa: Bertambah 7,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
  • Peningkatan ekstrem di Spanyol: Lonjakan hingga 16% karena suhu mencapai rekor baru.
  • Harga listrik meroket: Hampir dua kali lipat di beberapa bursa energi karena kesimbangan pasokan menipis.

Tekanan pada Jaringan dan Penyimpanan Energi

Dalam laporan Mei lalu, Reuters mengutip pejabat Eropa bahwa:

  • Jaringan kelistrikan yang menua membutuhkan triliunan dolar investasi untuk meningkatkan kapasitas dan keandalan.
  • Produksi energi terbarukan yang kian melimpah memerlukan penyimpanan skala besar untuk menutup fluktuasi pasokan.
  • Upaya menghindari pemadaman bergilir (blackout) makin mendesak seiring dengan perubahan iklim ekstrem.

Komponen utama tantangan adalah menyeimbangkan beban puncak saat suhu ekstrem dengan infrastruktur pendingin dan penyimpanan yang masih terbatas jumlahnya.

Dampak Lingkungan dan Kebijakan Pendingin

Peningkatan penggunaan AC selama gelombang panas tidak hanya membebani jaringan, tetapi juga:

  • Menaikkan emisi CO₂: Meski banyak negara Eropa mengandalkan energi hijau, sebagian besar AC masih didukung listrik dari campuran sumber, termasuk fosil.
  • Tekanan air tawar: Air sungai dan waduk dipakai untuk mendinginkan PLTN sekaligus pasokan irigasi dan konsumsi rumah tangga.
  • Revisi regulasi lingkungan: Uni Eropa kini mempertimbangkan kelonggaran sementara batas suhu air balik untuk mencegah pemadaman nuklir.

Langkah Mitigasi dan Rencana Investasi

Sejumlah solusi sedang diupayakan oleh operator dan regulator Eropa:

  • Peningkatan effisiensi reaktor: Riset untuk pendingin alternatif, seperti penggunaan air laut di PLTN pesisir.
  • Pembangunan penyimpanan energi besar-besaran: Battery storage dan pumped hydro untuk menahan beban puncak.
  • Desentralisasi sistem: Mikrogrid dan pembangkit cadangan gas alam atau biomassa untuk backup saat permintaan ekstrim.
  • Program konservasi energi: Kampanye hemat listrik menjelang musim panas guna menurunkan beban puncak.

Pelajaran bagi Indonesia

Meski iklim tropis berbeda dengan Eropa, Indonesia menghadapi risiko gelombang panas dan lonjakan penggunaan AC serupa. Beberapa poin yang dapat diambil:

  • Perlu diversifikasi sumber: Menghindari ketergantungan pada satu jenis pembangkit, baik PLTN maupun batubara.
  • Penyimpanan energi: Investasi di battery grid dan pembangkit cadangan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan.
  • Konservasi dan efisiensi: Edukasi penggunaan AC hemat energi dan standar bangunan hijau.
  • Kebijakan lingkungan terintegrasi: Mengatur penggunaan air pendingin pada pembangkit dengan memperhatikan ekosistem setempat.