Gempa berkekuatan magnitudo 6,0 yang mengguncang wilayah timur Afghanistan pada Minggu malam, 31 Agustus 2025, telah menelan korban jiwa mencapai 1.124 orang. Data terbaru yang dirilis Palang Merah Bulan Sabit Merah Afghanistan (Afghan Red Crescent) pada Selasa malam mencatat sedikitnya 3.251 warga terluka dan lebih dari 8.000 rumah hancur akibat guncangan dahsyat tersebut.
Detil lokasi dan waktu kejadian
Berdasarkan pemantauan US Geological Survey (USGS), gempa terjadi pukul 23.47 waktu setempat dengan episenter terletak sekitar 27 kilometer timur laut Kota Jalalabad, Provinsi Nangarhar. Kedalaman gempa dikonfirmasi hanya 8 km, sehingga dampak permukaan menjadi sangat parah pada malam hari saat banyak warga sedang tidur.
Provinsi Kunar menjadi episentrum kerusakan
Provinsi Kunar tercatat sebagai wilayah yang paling terdampak. Menurut pernyataan Abdul Ghani, juru bicara pemerintahan sementara Afghanistan di Kunar, tim penyelamat dan bantuan kemanusiaan sudah tiba sejak Senin pagi untuk melakukan evakuasi dan distribusi logistik:
- Nur Gal: puluhan rumah rata dengan tanah.
- Sawki dan Watpur: desa-desa kecil mengalami kerusakan parah, akses terputus.
- Manogi dan Chapa Dara: beberapa pemukiman warga luluh lantak, korban tertimbun reruntuhan.
Ghani menekankan, “Jumlah korban tewas mungkin akan terus bertambah karena masih banyak warga yang terperangkap di bawah reruntuhan.”
Upaya tanggap darurat dan bantuan internasional
Pemerintah sementara Afghanistan segera mengirimkan tim medis, obat-obatan, dan pasokan makanan ke wilayah terdampak. Bantuan awal yang dikirim dari Kabul mencakup tenda darurat, selimut, dan peralatan pertolongan pertama. Negara-negara tetangga serta mitra internasional juga menyatakan kesiapan mendukung:
- Pakistan dan Iran: pengiriman tim SAR serta barang bantuan logistik.
- China dan India: dukungan finansial dan medis.
- Negara-negara Barat: koordinator PBB di Kabul sudah mengalokasikan dana darurat.
Rute akses ke daerah pegunungan di Kunar sempat terhambat akibat longsor kecil pasca-gempa, sehingga misi kemanusiaan harus menggunakan helikopter dan jalur udara sebagai alternatif.
Kerusakan infrastruktur dan dampak jangka panjang
Lebih dari 8.000 unit rumah rusak total turut memicu kekhawatiran tentang angka tunawisma. Fasilitas umum seperti sekolah dan klinik desa di sejumlah distrik juga hancur, sehingga layanan pendidikan dan kesehatan terhenti:
- Sekolah lokal di Jalalabad mengalami keretakan bangunan hingga tidak layak pakai.
- Klinik kesehatan di Sawki tutup karena fasilitas rusak dan kekurangan tenaga medis.
- Jaringan listrik dan komunikasi terputus di beberapa wilayah, memperlambat proses pemulihan.
Para ahli geologi memperingatkan potensi gempa susulan dalam beberapa minggu ke depan, menambah kerentanan masyarakat yang sudah kehilangan tempat tinggal.
Krisis kemanusiaan dan upaya mitigasi bencana
Bencana ini menambah daftar panjang tantangan yang dihadapi Afghanistan, negara yang masih bergulat dengan konflik dan krisis ekonomi. Ratusan ribu warga kini membutuhkan tempat penampungan sementara, air bersih, dan perawatan medis mendesak. Lembaga kemanusiaan menekankan perlunya:
- Koordinasi antar lembaga humanitarian di lapangan.
- Penguatan sistem peringatan dini dan pelatihan evakuasi bagi warga pedesaan.
- Peningkatan kapasitas rumah sakit setempat untuk mengatasi gelombang korban luka.
Tinjauan historis dan perspektif geologis
Gempa 6,0 ini tercatat sebagai salah satu gempa terbesar ketiga yang mengguncang Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021. Wilayah timur Afghanistan berada pada pertemuan lempeng tektonik India dan Eurasia, yang dapat memicu aktivitas seismik tinggi. Para pakar menyarankan akselerasi pembangunan infrastruktur tahan gempa di kawasan rawan, serta sosialisasi mitigasi bencana untuk mengurangi risiko korban di masa mendatang.