Desa Wisata Adat Osing Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, berhasil menembus jajaran elite pariwisata dunia dengan masuk dalam Jaringan Desa Wisata Terbaik Dunia 2025. Pengumuman resmi dilakukan pada acara Best Tourism Villages by UN Tourism 2025 Ceremony & Third Annual Network Meeting di Huzhou, China, Jumat (17/10/2025). Dari lebih 270 desa kandidat di 65 negara anggota PBB, hanya 72 desa yang lolos seleksi ketat. Masuknya Kemiren menjadi bukti bahwa inovasi pariwisata berbasis budaya dan keberlanjutan mampu mengantar destinasi lokal ke panggung global.
Kebanggaan Pemkab Banyuwangi dan Masyarakat Kemiren
“Prestasi ini adalah buah dari semangat gotong royong dan komitmen kuat warga Kemiren dalam melestarikan budaya serta mengembangkan pariwisata berkelanjutan,” ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat menyampaikan kabar gembira. Ia menekankan bahwa kolaborasi warga, pemerintah desa, dan pelaku usaha wisata telah menciptakan ekosistem yang inklusif, ramah lingkungan, dan berlandaskan kearifan lokal Osing.
Program unggulan Desa Kemiren, seperti Agenda Ngopi Sepuluh Ewu—event rutin kopi tradisional Osing—telah menarik ribuan wisatawan untuk mencicipi kopi lokal sambil menikmati tari gandrung, pertunjukan kesenian, dan kerajinan tangan warga. Atmosfer kebudayaan yang kental sekaligus kesiapan fasilitas homestay dan jalur trekking menambah daya tarik desa ini bagi pelancong domestik dan mancanegara.
Proses Seleksi oleh United Nations Tourism
PBB melalui badan pariwisatanya menyeleksi kandidat desa wisata berdasarkan kriteria ketat yang meliputi:
- Konservasi dan pelestarian sumber daya alam serta warisan budaya.
- Keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan—termasuk pemberdayaan masyarakat setempat.
- Pembangunan pariwisata yang terintegrasi dengan rantai nilai lokal (value chain).
- Tata kelola pemerintahan desa dan mekanisme partisipasi publik.
- Infrastruktur pendukung: akses transportasi, sanitasi, serta layanan kesehatan dasar.
- Standar keamanan dan keselamatan wisatawan.
Setelah meninjau laporan kemajuan, observasi lapangan, serta hasil wawancara dengan pelaku desa wisata, dewan ahli independen akhirnya memilih 72 desa terbaik dari kawasan Afrika, Amerika, Asia, Eropa, dan Timur Tengah.
Manfaat dan Tantangan Menjadi Jaringan Global
Keanggotaan dalam Jaringan Desa Wisata Terbaik Dunia menawarkan berbagai peluang:
- Peningkatan visibilitas internasional melalui platform promosi UN Tourism.
- Akses ke pelatihan teknis dan pendampingan dari pakar global mengenai manajemen pariwisata berkelanjutan.
- Koneksi dengan desa wisata lain untuk bertukar praktik terbaik (best practice) dan inovasi produk wisata budaya.
Namun, Desa Kemiren juga harus menghadapi tantangan adaptasi standar global—mulai pengelolaan limbah, sertifikasi homestay, hingga penerapan sistem reservasi digital. Pemerintah desa bersama Pemkab Banyuwangi telah memetakan rencana penguatan kapasitas SDM, kolaborasi dengan universitas, serta penyusunan SOP (Standard Operating Procedure) bagi semua pelaku wisata di Kemiren.
Dampak Ekonomi dan Sosial Bagi Masyarakat Osing
Masuknya Kemiren ke jaringan global diprediksi meningkatkan kunjungan wisata hingga 30–40% tahun depan. Peningkatan ini akan menumbuhkan lapangan kerja baru di sektor homestay, pandu wisata, pijat tradisional Osing, serta usaha kuliner dan cendera mata. Dengan arus turis yang lebih terstruktur, kesejahteraan masyarakat diharapkan meningkat tanpa mengorbankan nilai budaya.
Dari segi sosial, keberhasilan ini memicu kebanggaan generasi muda Osing terhadap identitas mereka. Banyak pemuda kini tertarik mempelajari kesenian lokal, menggelar workshop tari gandrung, atau menekuni pembuatan kerajinan bambu dan anyaman tradisional—sehingga melestarikan warisan nenek moyang sambil menciptakan nilai ekonomi.
Langkah Selanjutnya: Konsolidasi dan Inovasi
Untuk mempertahankan posisi di jaringan desa wisata global, Desa Kemiren akan menempuh beberapa langkah strategis:
- Digitalisasi pemasaran: memperbarui situs web desa dengan virtual tour 360°, dan sistem booking online untuk homestay dan paket wisata budaya.
- Pengembangan produk wisata baru: ekowisata hutan bakau, agroforest kopi Osing, serta festival budaya tahunan berskala internasional.
- Kolaborasi lintas desa dalam regional cluster “Milky Way of Banyuwangi”—menggabungkan Kemiren dengan desa-desa wisata lain seperti Sobo-Ketawang dan Gombengsari.
- Monitoring kelestarian lingkungan: pengukuran indikator kualitas air dan udara, serta program penghijauan bersama komunitas lokal.
Dengan visi berkelanjutan dan semangat gotong royong, Desa Wisata Adat Osing Kemiren bersiap menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia dan dunia. Pencapaian ini sekaligus menegaskan bahwa kekayaan budaya lokal, bila dikelola secara inklusif dan berkelanjutan, mampu bersaing di level internasional tanpa kehilangan jati diri.