Sebuah studi terbaru mengejutkan: aktivitas manusia, khususnya ekstraksi air tanah secara masif, diduga menyebabkan poros rotasi Bumi bergeser hingga sekitar 80 sentimeter dalam periode dua dekade terakhir. Angka itu mungkin terdengar abstrak, namun pesan yang disampaikan ilmuwan jelas — tindakan manusia di permukaan planet dapat memiliki dampak geofisik yang nyata. Dalam tulisan ini, saya menguraikan temuan utama studi tersebut, mekanisme fisika di balik pergeseran poros, daerah‑daerah penyumbang utama, serta implikasi praktisnya bagi pengelolaan sumber daya air dan kebijakan publik di Indonesia.
Apa yang ditemukan studi itu?
Penelitian menunjukkan bahwa selama periode tertentu (terutama antara tahun 1993 hingga 2010), volume air tanah yang dipompa secara luas — terutama untuk keperluan irigasi dan industri — telah menyebabkan redistribusi massa air di permukaan Bumi. Ketika air yang tersimpan dalam akuifer dipindahkan ke permukaan dan kemudian mengalir ke lautan, distribusi massa global berubah. Perubahan massa ini memengaruhi posisi pusat massa planet relatif terhadap poros rotasinya, sehingga memunculkan pergeseran kecil pada poros rotasi yang disebut polar motion atau polar shift.
Bagaimana air bisa memindahkan poros Bumi?
Secara sederhana, Bumi adalah benda berputar. Posisi dan distribusi massa di permukaan memengaruhi momen inersia planet. Ketika sejumlah besar massa dipindah dari satu garis lintang ke garis lintang lain — misalnya dari daerah pedalaman menuju laut — momen inersia berubah. Perubahan itu, sekecil apa pun, harus diimbangi oleh pergeseran orientasi poros agar fenomena rotasi tetap konsisten dengan prinsip fisika rotasi. Menurut studi, total air tanah yang dipindahkan selama periode pengamatan setara dengan sekitar 2.150 gigaton — cukup besar untuk menyebabkan pergeseran poros hingga 80 cm, terutama mengarah ke timur.
Daerah penyumbang terbesar
Analisis menunjukkan beberapa hotspot pengambilan air tanah yang berkontribusi signifikan. Salah satu wilayah yang disorot adalah India barat laut, area yang intensif irigasinya dan sangat bergantung pada air tanah untuk pertanian. Selain itu, daerah‑daerah di dataran besar lain di dunia yang memiliki irigasi skala luas dan ekstraksi industri menjadi kontributor penting.
Apakah ini berarti perubahan iklim besar‑besaran akan terjadi?
Tidak serta merta. Pergeseran poros sebesar 80 cm adalah perubahan nyata dalam istilah geofisika, tetapi tidak serta merta memicu perubahan cuaca instan atau bencana langsung bagi kehidupan sehari‑hari. Meski begitu, temuan ini berperan sebagai peringatan: aktivitas manusia dapat memodifikasi parameter planet yang selama ini dianggap stabil. Dampak kumulatif dalam jangka panjang, terutama bila dikombinasikan dengan efek lain seperti pencairan es kutub atau pengambilan sumber daya alam lainnya, bisa berkonsekuensi lebih kompleks bagi sistem iklim dan hidrosfer.
Dampak potensial dan aspek yang perlu diperhatikan
Apa yang bisa dan harus dilakukan?
Temuan ini menyoroti urgensi pengelolaan air tanah yang lebih bijak. Langkah‑langkah yang perlu dipertimbangkan antara lain:
Implikasi kebijakan bagi Indonesia
Indonesia, dengan luas lahan pertanian dan penggunaan air yang tinggi di beberapa wilayah, perlu menaruh perhatian terhadap risiko lokal penurunan muka air tanah dan potensi efek akumulatifnya. Pemerintah daerah dan pusat harus memperkuat sistem pemantauan hidrologi, memperkuat perizinan sumur bor, dan mengevaluasi keseimbangan antara kebutuhan produktivitas pertanian dan kelestarian sumber air jangka panjang.
Penutup sementara: pesan penting dari studi
Studi tentang pergeseran poros rotasi Bumi akibat ekstraksi air tanah adalah pengingat nyata bahwa kegiatan manusia dapat berdampak pada dinamika planet. Meski tidak mendesak dalam hal bencana instan, efek tersebut menunjukkan pentingnya mengambil langkah pencegahan sekarang — pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, pemantauan sains yang kuat, dan kebijakan yang berpandangan jauh ke depan. Sebagai bangsa yang kaya air dan bergantung pada pertanian, Indonesia berada pada posisi kunci untuk menerapkan praktik yang dapat melindungi sumber daya alam sekaligus mengurangi kontribusi terhadap perubahan geofisika skala besar.
