WartaExpress

Mencengangkan! Komet 3I/ATLAS Semprot 2 Juta Kg Debu per Detik Saat Dekati Matahari!

Perjalanan Komet Antarbintang 3I/ATLAS Menuju Matahari

Komet 3I/ATLAS pertama kali terdeteksi saat melintas di ujung sistem Tata Surya pada awal 2025. Berstatus komet antarbintang, objek ini diperkirakan berasal dari luar tata surya dan membawa jejak bahan pembentuk planet lain. Saat mendekati pusat tata surya, 3I/ATLAS menujukkan perilaku yang tak biasa: sinarnya mendadak meningkat drastis, diiringi semburan gas dan debu luar biasa kuat.

Citra Spektakuler oleh Teleskop Gemini Selatan

Dalam pengamatan pada akhir Oktober lalu, dua astronom Inggris, Michael Buechner dan Frank Niebling, memanfaatkan Teleskop Gemini Selatan untuk merekam fenomena menakjubkan. Gambar yang dihasilkan menunjukkan:

  • Ada ekor balik (anti-tail) raksasa sepanjang hampir tiga juta kilometer.
  • Semburan material debu terang yang tampak mengarah ke arah Matahari.
  • Kecerahan keseluruhan komet yang melampaui ekspektasi model komet biasa.
  • Citra ini menjadi bukti visual pertama betapa aktifnya 3I/ATLAS saat berinteraksi dengan radiasi Matahari.

    Laju Penguapan Ekstrim: 2 Juta Kg per Detik

    Berdasarkan analisis awal, komet ini kehilangan material hingga dua juta kilogram setiap detik. Bandingkan dengan komet rata-rata yang hanya menguapkan puluhan hingga ratusan ton per detik saat perihelion. Penguapan ekstrim ini terjadi karena energi radiasi Matahari yang memanaskan permukaan inti komet, menyebabkan sublimasi es internal dan pelepasan debu.

    Teori dan Spekulasi Ilmuwan

    Aktivitas tak lazim 3I/ATLAS memicu perdebatan ilmiah. Ada dua aliran pemikiran utama:

  • Asal-usul alami: komet mengalami “ledakan” lapisan permukaan, memecah inti menjadi beberapa fragmen.
  • Hipotesis non-alami: 3I/ATLAS mengandung struktur atau teknologi luar angkasa yang memancarkan materi secara terkontrol.
  • Pandangan Avi Loeb: Debu Bukan Penyebab Utama

    Avi Loeb, astrofisikawan di Harvard University, menegaskan bahwa radiasi Matahari tidak cukup untuk menghasilkan intensitas penguapan sebesar itu. Menurut perhitungannya, agar penguapan mencapai tingkat dua juta kg/s, permukaan sublimasi harus 16 kali lebih luas daripada perkiraan awal. Loeb memaparkan kemungkinan berikut:

  • Inti komet telah “meledak” dan terpecah menjadi paling sedikit 16 pecahan.
  • 3I/ATLAS bukan komet biasa, melainkan “kendaraan” buatan peradaban cerdas lain dengan sistem pembuangan material terprogram.
  • Teori kedua ini kontroversial, namun Loeb tidak menutup opsi bahwa komet antarbintang mengandung elemen teknologi yang belum dipahami manusia.

    Pandangan Qicheng Zhang: Stabilitas yang Menggugah

    Sebaliknya, Qicheng Zhang dari Observatorium Lowell menilai 3I/ATLAS masih menunjukkan ciri komet normal. Ia berpendapat:

  • Tidak ada bukti keretakan inti dalam citra beresolusi tinggi.
  • Seluruh ekor dan coma mempertahankan struktur stabil, tanpa fragmen besar yang terpisah.
  • Fluktuasi kecerahan cocok dengan pola sublimasi musiman pada permukaan es air.
  • Menurut Zhang, semua fenomena dapat dijelaskan lewat mekanika sublimasi es CO₂ dan air, tanpa perlu spekulasi teknologi alien.

    Bukti Material Air oleh Teleskop Radio MeerKAT

    Pengamatan independent menggunakan teleskop radio MeerKAT di Afrika Selatan menambahkan data kunci. MeerKAT mendeteksi garis serapan radio dari radikal hidroksil (OH), produk fotolisis air oleh sinar ultraviolet Matahari. Temuan ini menunjukkan:

  • Bagian besar material yang dilepaskan adalah air, bukti penting bahwa komet mengandung cadangan es air segar.
  • Intensitas sinyal OH menurun dengan jarak heliosentris, mengonfirmasi bahwa proses utama adalah sublimasi, bukan aktivitas mekanis semata.
  • Kadar air relatif terhadap gas lainnya (CO, CO₂) setidaknya 70 %, tipikal untuk komet tipe Oort.
  • Signifikansi Temuan bagi Asal-Usul Kehidupan

    Dennis Bodewits dari Auburn University menyoroti implikasi astrobiologis: komet antarbintang seperti 3I/ATLAS dapat membawa unsur kimia kehidupan dari sistem planet lain. Berdasarkan data MeerKAT dan pengukuran visual:

  • Kandungan air tinggi menegaskan komet sebagai “kurir” molekul organik dan air.
  • Debu silikat halus bisa menyimpan molekul prebiotik yang terlindungi dari radiasi ruang antarplanet.
  • Perjalanan lintas antar bintang menjadi jalur distribusi bahan pembentuk kehidupan di galaksi.
  • Masa Depan Pengamatan Komet Antarbintang

    Aktivitas tak biasa 3I/ATLAS membuka babak baru dalam studi komet antarbintang. Para astronom merencanakan:

  • Penerapan spektroskopi tinggi di observatorium ESO untuk memetakan komposisi kimia dengan resolusi maksimal.
  • Kolaborasi global menggunakan array teleskop radio untuk memantau fluktuasi gas OH dan molekul lainnya.
  • Simulasi numerik inti komet untuk memahami mekanika pecahan dan tekanan internal saat perihelion.
  • Komet 3I/ATLAS kini menjadi fokus riset intensif, membawa harapan baru untuk mengungkap misteri perjalanan antar bintang dan asal-usul materi hidup di jagat raya.

    Exit mobile version