Mendag Busan Ungkap 3 ‘Senjata Rahasia’ Ekspor RI, Nomor 2 Bikin Geleng Kepala!

Pada periode Januari–September 2025, total ekspor Indonesia mencapai US$209,80 miliar, tumbuh 8,14 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini sebagian besar disokong oleh sektor nonmigas yang mencatatkan nilai ekspor US$199,77 miliar, naik 9,57 persen (yoy). Menteri Perdagangan Budi Santoso (Busan) memaparkan bahwa peningkatan ekspor nonmigas menjadi tulang punggung kinerja perdagangan luar negeri RI.

Komoditas nonmigas dengan lonjakan tertinggi

  • Kakao dan olahannya (+68,75%)

    Nilai ekspor kakao mentah dan produk olahan seperti bubuk, pasta, dan mentega melonjak signifikan. Permintaan global yang kuat, terutama dari Eropa dan Amerika Utara, mendorong harga dan volume ekspor.

  • Aluminium dan barang turunannya (+68,22%)

    Ekspor aluminium lembaran, pipa, dan suku cadang mencatat pertumbuhan pesat. Kenaikan kapasitas produksi smelter domestik dan permintaan dari sektor otomotif serta konstruksi internasional menjadi faktor utama.

  • Berbagai produk kimia (+51,08%)

    Termasuk bahan baku plastik, pupuk, dan senyawa organik. Industri kimia pengolahan dalam negeri berhasil mengekspor ke pasar Asia Tenggara dan Timur Tengah berkat harga kompetitif dan sertifikasi kualitas.

Kontribusi sektor industri pengolahan

  • 80% nilai ekspor nasional

    Sektor ini mendominasi dengan mengekspor produk manufaktur seperti tekstil, elektronik, otomotif komponen, dan alat kesehatan. Strategi industrialisasi terintegrasi di Kawasan Ekonomi Khusus membantu meningkatkan kapasitas ekspor.

  • Peningkatan 17,02% (yoy)

    Nilai ekspor industri pengolahan tumbuh dua digit, menunjukkan daya saing produk “Made in Indonesia” yang semakin membaik.

Performa sektor pertanian, pertambangan, dan migas

  • Pertanian (+34,33%)

    Ekspor produk hortikultura, kelapa sawit olahan, dan kopi menunjukkan pertumbuhan tinggi. Penguatan branding kopi specialty dan sertifikasi organik mendukung permintaan di Eropa dan Jepang.

  • Pertambangan dan lainnya (−23,70%)

    Pendapatan ekspor batu bara turun akibat koreksi harga global. Penurunan ini diimbangi oleh peningkatan nilai ekspor nikel matte dan bijih bauksit, meski belum cukup menutupi kerugian dari komoditas batu bara.

  • Migas (−14,09%)

    Volume ekspor minyak mentah dan gas alam cair menurun seiring turunnya permintaan Asia dan penurunan harga minyak dunia.

Destinasi utama pasar nonmigas

  • Tiongkok, AS, dan India

    Ketiga negara menyerap ekspor nonmigas senilai US$83,52 miliar atau 41,81% dari total. Produk tekstil, elektronik, dan barang kimia menjadi unggulan pangsa pasar Asia dan Amerika.

Negara tujuan dengan pertumbuhan ekspor tertinggi

  • Swiss (+228,88%)

    Lonjakan ekspor cokelat dan produk farmasi hamparkan peluang besar di Eropa Tengah.

  • Bangladesh (+41,98%)

    Permintaan garmen dan tekstil terus tumbuh, didukung perjanjian dagang bebas antara ASEAN dan SAFTA.

  • Singapura (+36,81%)

    Ekspor elektronik komponen dan produk kimia ke pusat logistik Asia Tenggara meningkat.

Performa menurut kawasan

  • Afrika Barat (+74,53%)

    Komoditas kelapa sawit, karet, dan kakao bersaing ketat di pasar Nigeria, Ghana, dan Pantai Gading.

  • Asia Tengah (+60,17%)

    Produk tekstil dan suku cadang otomotif menembus pasar Kazakhstan dan Uzbekistan.

  • Eropa Barat (+52,40%)

    Ekspor kopi specialty, garmen fast fashion, dan produk kimia khusus menguat di pasar Jerman, Prancis, dan Belanda.

Kinerja ekspor September 2025

  • Total US$24,68 miliar

    Menurun 1,14% dibanding Agustus, namun tumbuh 11,41% yoy.

  • Nonmigas +12,79% yoy

    Pertumbuhan dua digit kontraskan penurunan ekspor migas sebesar 13,61%.

Strategi pemerintah dan rekomendasi

  • Penguatan sentra industri

    Perlu percepatan infrastruktur pelabuhan dan kawasan industri untuk menekan biaya logistik ekspor.

  • Diversifikasi pasar

    Promosi dagang ke Amerika Latin, Afrika Timur, dan Oceania untuk mengurangi ketergantungan pada Tiongkok dan AS.

  • Peningkatan mutu dan sertifikasi

    Penguatan standar mutu internasional (ISO, SGS) dan sertifikasi organik/FSO untuk produk agribisnis.

Tantangan dan peluang ke depan

  • Fluktuasi harga komoditas

    Volatilitas batu bara dan minyak mentah memerlukan hedging strategi untuk mitigas risiko pendapatan.

  • Transformasi digital

    Optimalisasi e-commerce B2B dan digital marketing untuk mempercepat penetrasi pasar global.

  • Pengembangan SDM ekspor

    Peningkatan kapasitas pelaku UMKM ekspor melalui pelatihan dan bantuan teknis intensif.