Kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan (ADP), mengundang banyak pertanyaan setelah jasadnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Ketua Harian Kompolnas, Irjen Pol (Purn) Arief Wicaksono Sudiotomo, memaparkan poin-poin penting hasil penyelidikan yang menegaskan tidak ada unsur perampokan, melainkan dugaan kuat terkait riwayat kesehatan korban.
Kronologi Penemuan Jasad
Pagi hari tanggal 23 Juli 2025, satpam kos yang biasa menjaga kamar Arya Daru menerima panggilan telepon dari keluarga korban karena Arya tak kunjung merespon pesan. Setelah menunggu lama dan tak melihat tanda-tanda aktivitas di dalam, satpam akhirnya meminta bantuan rekannya untuk membuka pintu. Mereka berupaya menggunakan kunci master, namun mekanisme kunci macet. Akhirnya, satpam dan rekannya memutuskan mencungkil engsel pintu menggunakan obeng.
Begitu pintu yang semula tertutup rapat itu terbuka sedikit, tampak kaki Arya yang menjulur dari balik selimut. Tubuhnya terbaring di atas tempat tidur, wajah dan kepala terbungkus lakban kuning, sementara di dalam lapisan lakban terdapat potongan plastik tambahan. Suasana saksi mata itu direkam secara spontan oleh rekan satpam untuk dokumentasi.
Kondisi Fisik dan Temuan di Tempat Kejadian
Menurut Irjen Pol Arief, tidak ditemukan luka tindak kekerasan di tubuh korban, seperti bekas tusukan atau memar akibat benturan. Pakaian dan barang pribadi Arya pun aman, tidak ada perhiasan, dompet, atau gadget yang hilang. Kondisi ini menguatkan hipotesis apokal yang bukan bermotif ekonomi atau perampokan.
Berikut beberapa hal kritis yang terungkap di TKP:
Obat-obatan di Sekitar Jasad
Irjen Pol Arief menambahkan bahwa di dekat jasad ditemukan beberapa jenis obat ringan, antara lain:
Kehadiran obat-obatan tersebut mendukung informasi bahwa Arya memiliki riwayat gangguan kesehatan, bukan korban tindakan kekerasan pihak lain. Namun, penyidik masih menunggu hasil autopsi dan laboratorium toksikologi untuk memastikan apakah obat-obatan itu berkontribusi pada kematian.
Peran Satpam sebagai Saksi Kunci
Satpam kos menjadi saksi utama dalam kasus ini. Dalam kesaksiannya kepada polisi:
Kesaksian satpam ini menjadi landasan bagi polisi untuk menegaskan bahwa korban diperkirakan meninggal beberapa jam sebelum ditemukan, dan pelaku memiliki akses mudah ke kamar.
Langkah Penyelidikan Kompolnas dan Kepolisian
Kompolnas menyatakan akan terus memantau perkembangan kasus ini. Beberapa langkah penyelidikan yang tengah berjalan:
Reaksi Kementerian Luar Negeri dan Publik
Kementerian Luar Negeri menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya Arya Daru, diplomat muda yang dikenal rajin dan berdedikasi. Sejumlah pejabat Kemlu telah mengunjungi rumah duka secara tidak resmi untuk memberikan penghormatan. Sementara itu, publik di media sosial ramai berspekulasi, meminta kejelasan pihak berwenang agar spekulasi negatif tidak berkembang.
Warta Express mencatat tagar #JusticeForAryaDaru sempat trending di Twitter Indonesia, menunjukkan kepekaan masyarakat terhadap kasus meninggalnya seorang diplomat yang belum jelas penyebab pastinya.
Harapan Terhadap Penuntasan Kasus
Dengan keterbukaan informasi dari Kompolnas dan kerja kepolisian yang intens, diharapkan motif kematian Arya Daru segera terungkap. Pelibatan laboratorium forensik, analisis digital, dan kesaksian objektif diharapkan dapat memberikan jawaban yang menghentikan spekulasi dan memberikan keadilan bagi korban serta keluarga.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya pengawasan keamanan di lingkungan kos diplomat dan kebutuhan transparansi dalam proses hukum untuk menjaga kepercayaan publik.