Negara‑negara dengan skor literasi tertinggi menurut PISA 2022: apakah Indonesia masuk?
Literasi membaca kini menjadi tolok ukur esensial untuk menilai kualitas pendidikan suatu negara. Di era arus informasi yang deras, kemampuan membaca tidak hanya soal memahami teks, melainkan menilai, mengevaluasi, dan memilah informasi secara kritis. Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 memperjelas peta global kemampuan literasi, dengan dominasi negara‑negara Asia Timur dan beberapa negara Eropa Utara di puncak klasemen.
Siapa yang memimpin?
Dari data PISA 2022 yang dirangkum, Singapura menempati posisi teratas dengan skor membaca rata‑rata mencapai 543, jauh di atas rata‑rata OECD (476). Keberhasilan Singapura bukanlah kebetulan: sistem pendidikan yang menempatkan literasi sejak dini, kualitas guru, serta intervensi pembelajaran yang terukur berkontribusi kuat pada capaian ini. Di belakang Singapura, Jepang dan Irlandia menempati peringkat kedua dan ketiga dengan skor masing‑masing 516.
Daftar negara peringkat atas (PISA 2022)
Perlu dicatat bahwa semua negara dalam daftar ini berada di atas rata‑rata OECD yang berkisar pada angka 476, sehingga mereka tergolong unggul secara global.
Dominasi Asia Timur dan faktor penentu
Keberhasilan negara‑negara Asia Timur — seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Macao — menunjukkan pola yang konsisten: kurikulum ketat, budaya belajar yang kuat dalam keluarga, dan evaluasi akademik yang berkelanjutan. Sekolah‑sekolah di kawasan ini cenderung menekankan latihan berulang, kejelasan standar, serta pengawasan hasil belajar sehingga keterampilan literasi dibangun secara sistematis.
Model Eropa Utara: kualitas merata dan kesejahteraan siswa
Sementara itu, Estonia dan Finlandia menunjukkan bahwa investasi pendidikan jangka panjang dan perhatian terhadap kesejahteraan siswa juga menghasilkan skor literasi tinggi. Pendekatan berbasis kesejahteraan, pelatihan guru berkualitas, serta akses pendidikan yang merata menjadi ciri khas model ini — bukti bahwa bukan hanya intensitas belajar yang menentukan, melainkan juga kualitas ekosistem pendidikan.
Posisi negara berbahasa Inggris
Negara‑negara berbahasa Inggris seperti Kanada, Amerika Serikat, Selandia Baru dan Australia tetap kompetitif, meski tidak mendominasi puncak. Kanada menonjol di kelompok ini dengan skor 507. Kehadiran negara‑negara ini di jajaran atas menunjukkan bahwa kesiapan bahasa ibu dan akses literatur yang luas menjadi faktor pendukung, namun strategi pendidikan yang terfokus tetap diperlukan untuk mencapai puncak.
Bagaimana dengan negara besar Eropa?
Unsur menarik lain adalah bahwa negara‑negara ekonomi besar Eropa seperti Jerman, Prancis, Spanyol, dan Italia justru berada di sekitar rata‑rata OECD. Hal ini menegaskan bahwa ukuran ekonomi atau kekuatan industri tidak otomatis berbanding lurus dengan kualitas literasi. Prioritas kebijakan pendidikan, distribusi sumber daya, dan fokus pada pembelajaran dasar menjadi pembeda nyata.
Apakah Indonesia masuk daftar puncak?
Dari data PISA 2022, Indonesia belum masuk deretan negara dengan skor literasi tertinggi. Meski ada kemajuan beragam di beberapa daerah, tantangan besar masih menganga: disparitas akses pendidikan antar wilayah, kualitas guru yang belum merata, serta kebutuhan intervensi pembelajaran yang efektif sejak dini. Untuk mengejar ketertinggalan, strategi komprehensif dibutuhkan — mulai dari pelatihan guru, peningkatan buku dan bahan bacaan berkualitas, hingga kebijakan yang menyasar anak usia dini.
Apa yang bisa dipelajari Indonesia?
Implikasi jangka panjang
Literasi membaca bukan sekadar angka; ia berkaitan langsung dengan kemampuan warga untuk berpartisipasi dalam ekonomi berbasis pengetahuan, menilai informasi pada era digital, dan mengambil keputusan yang tepat. Kenaikan skor literasi berpotensi meningkatkan produktivitas, inovasi, dan kualitas hidup generasi mendatang. Oleh karena itu, hasil PISA harus dipandang sebagai cambuk untuk tindakan nyata — bukan hanya saat data diumumkan, melainkan dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan sehari‑hari.
Langkah ke depan
Menutup pembahasan, jelas bahwa negara‑negara unggul punya kombinasi elemen: kebijakan tegas, investasi guru, keterlibatan keluarga, dan ekosistem yang mendukung literasi. Bagi Indonesia, target realistis memerlukan perencanaan jangka menengah‑panjang dan komitmen multistakeholder — dari pemerintah pusat hingga komunitas lokal. Meningkatkan literasi berarti membekali generasi muda dengan kemampuan dasar yang tak lekang oleh zaman: membaca, berpikir kritis, dan memahami dunia yang terus berubah.
