Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) mendesak agar layanan GrabBike Hemat atau Akses Hemat segera dihentikan. Mereka menilai layanan ini bersifat diskriminatif karena mengutamakan pengemudi yang telah mendaftar skema tersebut. Hal ini meninggalkan pengemudi lain dengan order yang menurun, mengakibatkan pendapatan mereka juga ikut merosot.
Aksi Protes dan Tanggapan SPAI
Aksi protes atas layanan tersebut dilakukan oleh ratusan pengemudi ojek online (ojol) di berbagai kota seperti Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Palembang, Cirebon, bahkan Mataram dan Kupang. Unjuk rasa ini menggambarkan kekecewaan pengemudi terhadap skema tersebut yang mereka anggap merugikan. Ketua SPAI, Lily Pujiati, mengungkapkan bahwa skema ini memberikan keuntungan lebih kepada pengemudi yang terdaftar pada program GrabBike Hemat, sementara pengemudi lain tidak mendapatkan kesempatan yang sama.
Pemotongan Tarif dan Beban Biaya Pengemudi
Skema GrabBike Hemat dikhawatirkan memotong pendapatan pengemudi dengan mengenakan pemotongan sebesar Rp2 ribu untuk setiap 2-5 perjalanan penumpang yang dilakukan. Potongan ini meningkat menjadi Rp3 ribu setelah mencapai 6 perjalanan atau lebih. Pada bulan April, level potongan ini bahkan mencapai Rp20 ribu untuk 10 perjalanan atau lebih.
Para pengemudi juga harus menanggung berbagai biaya operasional tambahan termasuk biaya parkir, bensin, pulsa, paket data, serta cicilan untuk kendaraan dan atribut seperti jaket, helm, dan tas. Tak heran jika banyak pengemudi merasa bahwa kondisi ini membebani mereka secara finansial.
Tuntutan dan Harapan Pengemudi Ojol
SPAI menuntut agar pihak Grab Indonesia melakukan evaluasi terhadap kebijakan ini demi kesejahteraan pengemudi. Mereka berharap penghentian layanan GrabBike Hemat dapat memberikan peluang yang lebih adil bagi semua pengemudi ojol untuk memperoleh pendapatan yang layak.
Diskusi dengan berbagai pihak, termasuk SP, perlu dilakukan untuk mencari solusi yang tidak hanya menguntungkan pihak Grab tetapi juga memperhatikan keberlangsungan ekonomi para pengemudi yang menjadi bagian penting dari ekosistem transportasi online di Indonesia.
Situasi ini menyoroti pentingnya mendengarkan suara para pekerja di lapangan dan memastikan bahwa kebijakan yang diambil perusahaan aplikator transportasi ini dapat menciptakan iklim kerja yang adil dan berkelanjutan tanpa memarginalkan kelompok tertentu.