Latar Belakang Serangan Israel ke Doha
Pada Selasa malam, 9 September 2025, militer Israel melancarkan serangan udara ke Kota Doha, Qatar. Serangan ini mengejutkan dunia karena Doha selama ini dikenal sebagai pusat diplomasi di Timur Tengah. Qatar, yang berperan sebagai mediator antara Israel dan Hamas, menjadi sasaran yang jarang terjadi bagi militer Israel.
Menurut pernyataan resmi Kementerian Dalam Negeri Qatar, enam orang tewas dalam serangan ini. Di antara korban terdapat Kopral Bader Saad Mohammed Al-Humaidi, anggota Pasukan Keamanan Dalam Negeri (Lekhwiya), yang dinyatakan “mati syahid” dalam tugasnya menjaga keamanan ibu kota. Korban lainnya termasuk putra dan ajudan pemimpin senior Hamas, Khalil al-Hayya.
Sementara itu, pihak Hamas menyatakan bahwa upaya pembunuhan terhadap para pemimpin mereka gagal total. “Serangan ini adalah kejahatan keji dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional,” ujar juru bicara Hamas dalam keterangan persnya.
Panggilan Darurat Presiden Prabowo kepada Emir Qatar
Menanggapi serangan tersebut, Presiden Indonesia Jenderal (Purn) Prabowo Subianto melakukan panggilan telepon darurat kepada Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, pada Rabu, 10 September 2025. Menurut Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Prabowo menyampaikan belasungkawa dan menanyakan kondisi masyarakat serta pejabat Qatar pascaperistiwa.
“Dalam perbincangan ini, Presiden Prabowo menanyakan kondisi terkini di Qatar pascaserangan Israel ke Doha, serta menegaskan solidaritas Indonesia,” kata Teddy Indra Wijaya. Panggilan ini mencerminkan kepedulian tinggi Indonesia terhadap stabilitas kawasan dan hubungan bilateral yang telah terjalin erat.
Pernyataan Sikap Pemerintah Indonesia
Respon Internasional dan Risiko Eskalasi
Serangan ke Doha memicu kecaman dari sejumlah negara Timur Tengah dan Uni Eropa. Beberapa pihak memperingatkan risiko eskalasi konflik yang dapat meluas ke negara-negara tetangga. Qatar, sebagai tuan rumah pertemuan penting pembicaraan damai, kini harus memulihkan kepercayaan delegasi yang sempat terguncang.
Di tingkat Perserikatan Bangsa-Bangsa, Sekjen PBB menyerukan agar semua pihak menahan diri dan kembali ke meja perundingan. Duta Besar Indonesia untuk PBB, di Jakarta, mendesak agar Dewan Keamanan mengambil langkah cepat untuk mencegah perluasan konflik.
Dampak Konflik di Timur Tengah bagi Indonesia
Peran Strategis Indonesia dalam Diplomasi
Sebagai anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan negara dengan populasi muslim terbesar, Indonesia memiliki peran diplomatik penting. Beberapa upaya yang telah dan akan ditempuh antara lain:
Menjaga Stabilitas Kawasan
Langkah-langkah diplomatik ini diharapkan dapat meredam ketegangan dan mencegah konflik yang lebih luas. Indonesia memposisikan diri sebagai “jembatan perdamaian” di tengah dinamika geopolitik. Solidaritas ke Qatar sekaligus pernyataan dukungan pada proses dua-negara menunjukkan konsistensi kebijakan luar negeri Indonesia yang mengutamakan dialog dan negosiasi.
Dalam beberapa hari mendatang, tim diplomat Indonesia akan terus memantau perkembangan situasi dan berkoordinasi dengan masyarakat Indonesia di Timur Tengah untuk memastikan keselamatan dan kelancaran aktivitas mereka.