Tak Disangka! Kapal Raksasa ASDP Pecahkan Antrean Horor 42 Km di Ketapang–Gilimanuk!

Kemacetan Parah di Pelabuhan Ketapang

Antrean kendaraan yang hendak menyebrang dari Pelabuhan Ketapang ke Gilimanuk memicu kemacetan luar biasa sepanjang 42 kilometer hingga mencapai Situbondo. Truk logistik, bus, dan mobil pribadi harus menunggu berjam-jam, bahkan semalam suntuk demi mendapatkan giliran naik kapal. Kondisi ini memperburuk rantai pasok barang, menunda jadwal perjalanan wisatawan, serta mengganggu mobilitas warga lokal yang memanfaatkan jalur penyeberangan ini setiap hari.

Menurut pengamatan di lapangan, antrean kendaraan kerap meluber ke ruas jalan nasional sebelum pintu masuk pelabuhan. Hal ini menimbulkan potensi kecelakaan lalu lintas dan kemacetan di jalur utama Kabupaten Banyuwangi. Warga setempat pun mengeluhkan suara klakson yang tak henti-henti, polusi udara akibat emisi knalpot, dan suhu terik tanpa perlindungan yang memadai.

Penugasan KMP Gading Nusantara sebagai Kapal Bantuan

Dalam upaya meredam antrean horor tersebut, PT ASDP Indonesia Ferry mengerahkan KMP Gading Nusantara untuk melayani trayek Ketapang–Gilimanuk. Kapal milik PT Jembatan Nusantara ini awalnya beroperasi di rute Padangbai–Lembar, Nusa Tenggara Barat. Namun sejak Sabtu lalu, kapal berukuran besar ini dipindahkan dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya setelah memperoleh izin resmi KSOP dan BPTD.

  • Jenis Kapal: Roro eks-LCT yang mampu mengangkut 30–40 kendaraan campuran atau sekitar 30 truk tronton.
  • Jadwal Uji Sandar: Dilaksanakan pada hari Minggu, 27 Juli 2025, untuk memastikan kesiapan operasional di Dermaga MB Ketapang.
  • Durasi Penugasan: Sementara hingga antrean kembali normal, diperkirakan beberapa minggu ke depan sesuai kebutuhan puncak mudik dan distribusi logistik.

Dengan hadirnya Gading Nusantara, kapasitas armada kapal berukuran besar di jalur Ketapang–Gilimanuk kini bertambah menjadi dua unit besar, setelah Portlink VII lebih dahulu dioperasikan. Perkuatan armada ini diharapkan mampu menampung lonjakan kendaraan dan mempersingkat waktu tunggu secara signifikan.

Protokol Keselamatan dan Regulasi ASDP

Meskipun kapal eks-LCT menawarkan kapasitas besar, seluruh unit harus tetap mematuhi aturan keselamatan yang ditetapkan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan:

  • Jumlah maksimal truk tronton: 6 unit per kapal tanpa penumpang umum.
  • Keberadaan awak kendaraan: Dua awak diwajibkan mengenakan life jacket selama pelayaran.
  • Pemeriksaan dokumen dan kelaikan: Tiap kapal harus lulus pengecekan kelayakan sebelum mengangkut kendaraan.

Selain itu, ASDP melakukan percepatan proses bongkar–muat dengan menerapkan standar prosedur operasi (SOP) baru untuk meminimalisir waktu sandar. Pegawai pelabuhan, petugas operasional kapal, dan petugas darat bersinergi melakukan rotasi kendaraan lebih cepat serta pembagian jalur antrian menurut jenis kendaraan.

Pengaturan Armada dan Penjadwalan Trip

Hingga Minggu pagi, tercatat 26 kapal aktif melayani rute Ketapang–Gilimanuk:

  • Dermaga MB (Moveable Bridge): 19 kapal meliputi Roro besar, LCT, dan kapal bantuan baru.
  • Dermaga LCM: 7 kapal difokuskan untuk truk bermuatan berat di atas 35 ton.
  • Pola Trip: Semua kapal menjalankan delapan trip bolak-balik per hari dengan skema bergiliran.

Penyusunan jadwal pun dikategorikan berdasarkan jenis kendaraan—truk logistik, bus, dan kendaraan pribadi—agar aliran trafik lebih terukur. General Manager ASDP Cabang Ketapang, Yannes Kurniawan, menegaskan bahwa khusus enam kapal di Dermaga LCM, porsinya digunakan untuk melayani truk berat agar distribusi barang logistik tidak terpusat pada satu jalur saja.

Dampak Positif terhadap Distribusi Logistik

Penambahan kapal berkapasitas besar dan pengaturan armada yang lebih terstruktur berdampak langsung terhadap efisiensi distribusi barang ke Bali dan Jawa Timur. Beberapa manfaat yang dirasakan antara lain:

  • Penurunan durasi antrean dari semula mencapai 30 km menjadi hanya 1,3–2 km dari pelabuhan.
  • Penurunan waktu tunggu rata-rata kendaraan hingga 40% dibanding pekan sebelumnya.
  • Aliran logistik harian kembali lancar, mendukung rantai pasok bahan pokok dan bahan bakar.
  • Pencegahan penumpukan truk logistik di titik parkir Bulusan yang sering menimbulkan kepadatan lokal.

Dengan antrean yang kini lebih terkendali, pelaku usaha transportasi dapat merencanakan pengiriman lebih akurat. Sementara masyarakat umum menyambut baik karena kondisi lalu lintas di jalur utama Banyuwangi menjadi lebih lega.

Rekomendasi untuk Pengguna Jalan dan Pemerintah Daerah

Masih terdapat beberapa langkah yang disarankan untuk menjaga kelancaran rute penyeberangan ini:

  • Pemerintah daerah dan kepolisian lalu lintas perlu melakukan pengaturan rekayasa lalu lintas di titik-titik rawan kemacetan sebelum area pelabuhan.
  • Penyedia jasa logistik disarankan menjadwal ulang keberangkatan di luar jam puncak, sehingga beban lalu lintas terdistribusi lebih merata sepanjang hari.
  • ASDP perlu menambah armada kapal perbantuan saat periode mudik Lebaran dan puncak pariwisata musim liburan sekolah.
  • Pemerintah pusat dapat mempertimbangkan pembangunan dermaga tambahan atau jalur laut alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada rute tunggal Ketapang–Gilimanuk.

Dengan kolaborasi antara ASDP, pemerintah daerah, dan pelaku usaha, diharapkan antrean kendaraan di Pelabuhan Ketapang dapat terus diminimalkan, sehingga pelayanan penyeberangan tetap prima dan memberikan manfaat optimal bagi mobilitas masyarakat serta distribusi logistik nasional.