Pentingnya Kesehatan Mental di Tempat Kerja Masa Kini
Pada era kerja yang terus berubah cepat, kesehatan mental karyawan bukan lagi sekadar program bonus, melainkan kebutuhan pokok bagi kelangsungan bisnis. Stres, tekanan target, dan tuntutan multitasking menuntut organisasi untuk memberikan perhatian khusus pada kondisi psikologis timnya. Coats Group plc, produsen benang dan material berkinerja tinggi, menjadi contoh perusahaan yang mengintegrasikan kesehatan mental dalam strategi kesejahteraan globalnya.
Energy4Performance: Kerangka Kerja Holistik Coats
Melalui whitepaper “Weaving Global Patterns of Wellbeing”, Coats dan mitranya Great Place To Work memperkenalkan program Energy4Performance (E4P). Program ini dirancang untuk menjaga empat pilar utama kesejahteraan karyawan:
- Fisik – aktivitas olahraga, nutrisi seimbang, dan istirahat cukup.
- Emosional – kemampuan mengelola stres dan meningkatkan kecerdasan emosional.
- Sosial – ikatan antar rekan kerja dan dukungan komunitas.
- Mental – latihan mindfulness, konseling, dan deteksi dini gangguan kejiwaan.
Dengan memandang karyawan sebagai individu utuh, E4P memberi pendekatan yang lebih menyeluruh ketimbang hanya menambah fasilitas ruangan santai atau konsultasi psikologi.
Alasan 1: Fondasi Performa Jangka Panjang
Karyawan yang mentalnya sehat mampu:
- Berpikir jernih saat mengambil keputusan kritis.
- Menjaga fokus dalam menghadapi deadline ketat.
- Beradaptasi dengan perubahan tugas atau proses kerja.
Coats mencatat, stabilitas mental meningkatkan produktivitas per individu secara signifikan. Jika diabaikan, gangguan psikologis akan memicu penurunan performa, konflik tim, dan kesalahan operasional.
Alasan 2: Lingkungan Kerja Peduli Menumbuhkan Loyalitas
Pada peluncuran E4P, survei internal Coats menunjukkan:
- Peningkatan engagement karyawan sebesar 6%.
- Skor indeks kesejahteraan naik 5%.
- 92% karyawan bersedia bertahan di Coats, jauh di atas rata-rata global 61%.
Data ini menegaskan bahwa kepedulian perusahaan terhadap kesehatan mental membentuk hubungan emosional yang kuat. Karyawan merasa dihargai, bukan sekadar sumber daya, melainkan mitra strategis perusahaan.
Alasan 3: Deteksi Dini Mencegah Krisis Lebih Besar
Coats melatih manajer sebagai “pertolongan pertama” kesehatan mental di lokasi kerja. Contohnya:
- Coats Shenzhen menyediakan ruang konseling dengan psikolog bersertifikat.
- Workshop manajemen stres dan keterampilan komunikasi empatik bagi pengawas lini.
- Sistem peer support untuk berbagi pengalaman dan memantau rekan yang menunjukkan tanda kelelahan emosional.
Dengan deteksi dini, perusahaan dapat menindaklanjuti sebelum masalah bereskalasi menjadi burn-out atau gangguan psikologis berat.
Alasan 4: Produktivitas Terukur dan Berkelanjutan
Coats mencatat lebih dari 500 inisiatif kesejahteraan mental yang mencakup:
- Sesi yoga dan meditasi virtual (total 54.000 jam aktivitas global).
- Pelatihan keterampilan mengelola tekanan untuk semua level jabatan.
- Kegiatan sosial volunteer yang memperkuat rasa kebersamaan dan tujuan hidup.
Hasilnya, angka absenteeism (ketidakhadiran kerja) menurun dan turnover karyawan berkurang. Metode sistematis ini membuktikan bahwa investasi dalam kesehatan mental menghasilkan imbal balik produktivitas dan stabilitas tim.
Alasan 5: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) yang Nyata
Coats tidak berhenti di ruang kerja. Mereka juga memperluas dampak kesejahteraan lewat program CSR:
- India: Pendirian fasilitas penitipan anak untuk mendukung karyawan berkeluarga.
- Indonesia: Penyediaan air bersih di komunitas sekitar pabrik, sehingga karyawan dan keluarga terhindar dari risiko stres akibat akses air yang terbatas.
- Timur Tengah & Afrika: Program pelatihan kewirausahaan dan keseimbangan hidup bagi pekerja lokal.
Upaya seperti ini menunjukkan bahwa perusahaan memandang kesejahteraan karyawan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial yang lebih luas.
Hasil Terukur dan Penerapan di Indonesia
Angka-angka keberhasilan Coats menjadi acuan bagi perusahaan di Indonesia yang ingin meningkatkan kesejahteraan mental karyawannya:
- Tingkat keterlibatan (> 80%) karyawan pada program kesejahteraan.
- Penurunan 10% angka absen medis terkait stres dan kelelahan.
- Peningkatan retensi karyawan junior (18–30 tahun) hingga 15%.
Organisasi di Tanah Air dapat meniru kerangka E4P dengan menyesuaikan konten lokal: misalnya, sesi meditasi secara hybrid untuk pekerja di kantor dan pabrik, serta pelatihan “buddy system” antar shift.
Rekomendasi Praktis untuk Perusahaan Lokal
- Mulailah dengan survei kesehatan mental anonim untuk mengidentifikasi area kritis.
- Libatkan manajemen menengah dalam pelatihan “First Aid Mental Health”.
- Siapkan ruang relaksasi dan konseling, baik fisik maupun virtual.
- Adakan aktivitas kesejahteraan rutin (yoga, olahraga kelompok, gathering budaya) untuk menyegarkan ulang semangat kerja.
- Integrasikan kesehatan mental dalam kebijakan HR: cuti mental, asuransi psikolog, dan laporan keberlanjutan (ESG).
Dengan langkah-langkah ini, perusahaan Indonesia tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga menciptakan budaya kerja yang lebih manusiawi dan berdaya saing.