Terungkap! Gencatan Senjata Gaza Gagal Hentikan Kelaparan Parah—WHO Peringatkan Mendesak

Faktor Kelaparan dan Penderitaan yang Masih Menggantung di Gaza

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menyoroti krisis kemanusiaan yang masih parah di Gaza, meski gencatan senjata telah diberlakukan. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menegaskan bahwa kelaparan dan penderitaan penduduk masih berlangsung karena kebutuhan mendesak belum terpenuhi. Meskipun sejumlah bantuan telah memasuki wilayah tersebut, volume dan distribusinya belum mampu menutupi kerusakan infrastruktur, blokade logistik, dan kekurangan pangan yang mencapai jutaan jiwa.

Keterbatasan Bantuan yang Masih Minim

Sejak gencatan senjata diumumkan dua minggu lalu, WHO mencatat tidak ada peningkatan signifikan dalam volume bantuan pangan dan medis yang masuk Gaza. Beberapa poin penting yang diungkapkan Tedros:

  • Volume bantuan masih kecil – Meskipun ada peningkatan jumlah truk kemanusiaan, mayoritas truk yang masuk adalah kendaraan komersial, bukan bantuan pangan gratis. Hal ini membuat masyarakat rentan kesulitan membeli kebutuhan pokok karena daya beli mereka hampir habis.
  • Bantuan tidak merata – Titik distribusi terbatas pada jalur utama, sehingga wilayah pinggiran dan kamp pengungsi paling terpencil belum terlayani.
  • Kebutuhan membludak – Perkiraan WHO menunjukkan bahwa lebih dari 1,5 juta penduduk Gaza membutuhkan bantuan pangan dan air bersih secara mendesak.

Evakuasi Medis Masih Terlalu Terbatas

Sistem kesehatan Gaza mengalami kehancuran akibat serangan dan pembatasan akses. Tedros menekankan bahwa evakuasi medis yang hanya satu kali seminggu dengan satu atau dua rute sangat tidak memadai. Beberapa fakta mengejutkan:

  • 700 nyawa melayang – Menurut WHO, sekitar 700 pasien meninggal saat menunggu evakuasi medis karena pandemi luka dan penyakit berkepanjangan.
  • 15.000 pasien – Lebih dari 15.000 pasien, termasuk 4.000 anak-anak, memerlukan perawatan di luar Gaza, terutama di Tepi Barat dan Yordania.
  • Rute terbatas – Penyeberangan Rafah yang seharusnya dibuka minggu lalu masih tertutup, padahal ribuan suntikan medis dan peralatan penting tertahan di Al-Arish, Mesir.

Seruan WHO ke Israel dan Komunitas Internasional

Tedros mendesak Pemerintah Israel untuk segera membuka semua penyeberangan, termasuk Rafah, dan memperluas izin perjalanan pasien ke Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Ia menyatakan, “Bagi sebagian orang di Gaza, penundaan perawatan medis berarti kematian.” Selain itu, WHO meminta negara-negara lain bersedia menerima lebih banyak pasien Gaza yang membutuhkan perawatan khusus di luar wilayah konflik.

Rencana Aksi Darurat 60 Hari dan Perkiraan Biaya

WHO telah merancang rencana aksi darurat selama 60 hari guna mempertahankan layanan penyelamatan jiwa, memperkuat sistem pengawasan penyakit, dan memfasilitasi koordinasi antara mitra kemanusiaan. Anggaran yang dibutuhkan mencapai:

  • US$ 45 juta (sekitar Rp 748 miliar) untuk operasional awal—meliputi distribusi pangan, pengiriman obat-obatan, dan dukungan logistik.
  • US$ 7 miliar (sekitar Rp 116 triliun) untuk membangun kembali sistem kesehatan Gaza—termasuk rekonstruksi rumah sakit, pelatihan tenaga medis, dan pengadaan peralatan diagnostik.

Data Korban dan Tuntutan Bantuan Psikososial

Dalam laporan WHO juga disebutkan bahwa lebih dari 170.000 orang terluka di Gaza akibat konflik bersenjata, dengan rincian:

  • 5.000 amputasi – Korban mengalami kehilangan anggota tubuh akibat serpihan dan ledakan.
  • 3.600 luka bakar – Pasien dengan luka bakar serius memerlukan perawatan intensif dan transplantasi kulit.
  • 1 juta jiwa – Sekitar satu juta penduduk, termasuk anak-anak, memerlukan dukungan kesehatan mental dan psikososial.

WHO menekankan bahwa trauma psikologis dapat menyebabkan gangguan perkembangan pada anak-anak dan stres berkepanjangan pada orang dewasa, sehingga intervensi psikososial menjadi sama pentingnya dengan rehabilitasi medis fisik.

Cara Mendukung dan Berkontribusi

Bagi pembaca Warta Express yang ingin membantu, berikut beberapa langkah praktis:

  • Donasi langsung ke WHO atau lembaga kemanusiaan terpercaya yang mendukung krisis Gaza.
  • Bagikan informasi valid dan perkembangan terbaru untuk meningkatkan kesadaran publik.
  • Dorong pemerintah dan organisasi regional untuk memfasilitasi bantuan dengan memperluas akses penyeberangan dan proteksi kemanusiaan.

Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan tekanan internasional dapat mendorong perbaikan distribusi bantuan dan akses medis di Gaza, demi menyelamatkan nyawa dan memulihkan harapan bagi jutaan warganya.