WartaExpress

Wamen PU Ungkap Teknologi AI Bisa Ubah Sampah Jadi Uang, Begini Caranya!

Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Diana Kusumastuti, menegaskan bahwa pengelolaan sampah di Indonesia harus segera ditingkatkan melalui teknologi canggih. Ia memanggil Containder—sebuah inisiatif pengelolaan sampah berbasis artificial intelligence (AI)—untuk mengoptimalkan kembali fungsi TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) dan TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) di berbagai daerah.

Skala Masalah Sampah di Indonesia

Indonesia menghasilkan sekitar 76.000 ton sampah per hari, dengan timbunan mencapai 27,74 juta ton. Sebagian besar sampah tersebut berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa pengolahan memadai. Akibatnya, pencemaran lingkungan terus meningkat dan potensi energi dari sampah belum termanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, Wamen PUPR meminta solusi berbasis data dan AI agar TPS3R dan TPST tidak lagi sekadar lokasi penampungan, melainkan simpul ekonomi sirkular.

Peran AI dan Data pada Gerakan Containder

Containder mengandalkan algoritma AI untuk memetakan volume dan jenis sampah plastik yang dihasilkan masyarakat. Teknologi ini memproses data real-time dari puluhan titik TPS3R di enam wilayah operasional awal:

Dengan pemetaan akurat, Containder bisa mengoptimalkan rute pengumpulan, mengurangi biaya logistik, dan memastikan distribusi unit daur ulang berjalan efisien. Data terkumpul juga menjadi dasar penentuan lokasi investasi infrastruktur sampah berikutnya.

Fungsi Ekonomi Sirkular dan Carbon Offset

Selain mengurangi limbah, Containder mengonversi sampah plastik menjadi pendapatan bagi masyarakat ekonomi lemah. Dana hasil daur ulang juga digunakan untuk program carbon offset, sehingga TPS3R dan TPST bisa menghasilkan sertifikat kredit karbon yang diperjualbelikan di pasar internasional. Dengan demikian, penanganan sampah tidak lagi membebani anggaran pemerintah, melainkan menjadi sumber pendapatan alternatif.

Kesiapan SDM dan Teknologi

Billy Mambrasar, salah satu pendiri Containder, menyatakan bahwa startup ini telah menyiapkan tenaga ahli dan platform AI untuk mendukung operasional di setiap TPS3R. Melalui pelatihan intensif, petugas lokal diberikan keterampilan pengelolaan sampah modern, mulai dari seleksi bahan, pengemasan, hingga proses daur ulang kimia dan mekanik. Menurut Billy:

Integrasi teknologi dan pemberdayaan komunitas lokal diharapkan menciptakan ekosistem pengelolaan sampah berkelanjutan.

Optimalisasi TPS3R dan TPST

TPS3R di banyak daerah selama ini hanya berfungsi sebagai lokasi penampungan. Diana Kusumastuti menegaskan:

“Pada saat ini, banyak sekali TPS3R yang dibangun belum optimal terkait pelaksanaannya. Jika Containder akan membantu proses (optimalkan), maka silakan saja untuk sampah-sampah tersebut diselesaikan supaya bersih.”

Peran Containder mencakup:

Kolaborasi Antar Kementerian dan Satgas Nasional

Dukungannya terhadap Containder dilengkapi dengan pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pengelolaan Sampah Nasional oleh Presiden Joko Widodo. Satgas dipimpin oleh Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono, melibatkan lintas sektor termasuk Kementerian PUPR. Keberadaan Satgas memperjelas komando pusat dalam penanganan sampah, mengurangi tumpang tindih wewenang, serta mempercepat sinkronisasi kebijakan di tingkat daerah.

Dampak Ekonomi dan Lingkungan

Penerapan AI di bidang sampah telah membuahkan hasil nyata:

Angka-angka tersebut menjadi bukti bahwa teknologi dan kolaborasi lintas sektor mampu menghadirkan solusi konkret bagi krisis sampah nasional.

Langkah Berikutnya dan Pengembangan Skala Nasional

Ke depan, Containder berencana memperluas jangkauan platform ke 10 provinsi tambahan, termasuk Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Targetnya adalah:

Jika berhasil, model pengelolaan sampah berbasis AI ini dapat dijadikan blueprint bagi pemerintahan daerah di seluruh Indonesia.

Exit mobile version