Hambatan Geografis yang Memperburuk Akses Pendidikan
Pulau Komodo, yang dikenal sebagai destinasi wisata internasional, menghadirkan tantangan tersendiri bagi pelajar setempat. Kondisi geografis berupa gugusan pulau dan perairan yang membatasi jalur transportasi memaksa siswa menempuh perjalanan panjang hanya untuk mencapai sekolah terdekat. Banyak di antaranya harus berangkat sebelum fajar, menyeberang laut dengan perahu nelayan, lalu menempuh jalan berbatu sejauh beberapa kilometer sebelum tiba di kelas.
Ketidakstabilan cuaca juga sering mengganggu proses belajar. Saat angin kencang atau hujan lebat melanda perairan, aktivitas penyeberangan terhenti, menyebabkan siswa tidak dapat hadir di sekolah hingga berhari-hari. Sementara itu, sarana transportasi alternatif seperti kapal motor nelayan seringkali tidak dilengkapi pelampung dan sekoci, menambah risiko keselamatan bagi anak-anak.
Kondisi Fasilitas Sekolah yang Terbatas
Banyak sekolah di Komodo masih menempati bangunan semi-permanen dengan fasilitas minim. Ruang kelas umumnya hanya dilengkapi meja kayu tua dan papan tulis kapur. Alat tulis dan buku pelajaran sering kali tidak mencukupi, sehingga satu buku dipakai bergantian oleh dua atau tiga siswa.
- Kurangnya meja dan kursi: beberapa siswa terpaksa duduk di lantai saat ruang kelas penuh.
- Minimnya sumber belajar: pustaka setiap sekolah hanya memiliki 20–30 judul buku acak, jauh dari kebutuhan kurikulum standar.
- Alat peraga terbatas: guru kesulitan mengajarkan konsep IPA atau matematika tanpa media visual yang memadai.
- Fasilitas sanitasi sederhana: toilet umum sering rusak dan kurang terjaga kebersihannya.
Situasi ini makin memperparah kesenjangan kualitas pendidikan antara wilayah pulau terpencil dan kota-kota besar di Indonesia.
Program Bantuan Alat Tulis oleh Deli Indonesia
Menanggapi kondisi tersebut, Deli Indonesia meluncurkan inisiatif “Pendidikan untuk Komodo” yang menyalurkan paket alat tulis ke 14 sekolah di Labuan Bajo dan Pulau Komodo. Bantuan meliputi:
- 100 rim buku tulis per sekolah.
- Paket pensil, pulpen, penghapus, dan rautan.
- Materi edukasi sederhana seperti kalkulator murah dan atlas mini.
- Alat peraga warna-warni untuk mendukung pembelajaran anak usia dini.
Ronny Rachmadani, Brand Manager Deli Indonesia, menyatakan, “Pendidikan adalah fondasi masa depan mereka. Dengan bantuan alat tulis, kami berharap para siswa dapat bersemangat menjalani proses belajar tanpa terganggu kendala peralatan.”
Dampak Langsung di Lapangan
Bantuan alat tulis tiba di sekolah-sekolah pada awal September 2025. Kepala Sekolah SMKN 2 Komodo, Felixius Farjono, mengungkapkan kegembiraan siswa ketika menerima paket tersebut:
- Siswa melakukan unboxing bersama guru dan bersorak saat melihat pulpen dan buku tulis baru.
- Beberapa sekolah menggelar lomba menulis kreatif untuk mempraktikkan penggunaan alat tulis baru.
- Guru mengamati peningkatan antusiasme belajar, terutama di mata pelajaran menulis dan menggambar.
Meski jumlah buku tulis masih terbatas, inisiatif ini memicu kesadaran kolektif bahwa dukungan sederhana dapat berdampak besar pada semangat belajar.
Interaksi dan Pendampingan di Sekolah
Tidak hanya distribusi, tim Deli Indonesia juga mengadakan sesi interaktif bersama siswa dan guru. Kegiatan meliputi:
- Demo penggunaan atlas mini untuk menjelaskan peta Kepulauan Nusa Tenggara Timur.
- Pelatihan singkat menulis kreatif dan membaca ekspresif bagi guru bahasa Indonesia.
- Sesi motivasi bertema “Impian Kita untuk Indonesia”, mengajak siswa menulis aspirasi masa depan mereka.
- Dialog dengan orang tua murid untuk membangun dukungan keluarga terhadap pendidikan anak.
Menurut Farjono, sesi ini membantu membangun ikatan positif antara lembaga donor, sekolah, dan masyarakat sekitar.
Peluang Pengembangan Infrastruktur Sekolah
Program bantuan alat tulis menjadi momentum untuk mendorong pemangku kepentingan lokal dan pemerintah daerah memperhatikan infrastruktur sekolah. Sejumlah kebutuhan yang diidentifikasi antara lain:
- Peningkatan akses jalan menuju sekolah, termasuk pengerasan jalan tanah dan pembangunan jembatan kecil.
- Pembangunan ruang kelas permanen dengan ventilasi dan pencahayaan memadai.
- Perbaikan sanitasi, seperti toilet yang layak dan penyediaan air bersih.
- Pemasangan perpustakaan mini dengan rak dan koleksi buku donasi bergilir.
Beberapa desa telah menyampaikan usulan pembangunan melalui musyawarah desa, berharap alokasi anggaran pemerintah provinsi maupun pusat dapat mempercepat realisasi proyek.
Peran Komunitas dan Relawan Lokal
Selain inisiatif korporasi, komunitas dan relawan di Labuan Bajo turut mengambil peran:
- Komunitas “Sahabat Komodo” menggalang donasi buku bekas layak pakai dari pulau-pulau tetangga.
- Relawan pendidikan menyediakan kelas tambahan gratis untuk memperkuat dasar kompetensi matematika dan Bahasa Inggris.
- Mahasiswa kampus lokal melakukan kunjungan rutin untuk mengajar sains sederhana dan melatih kerja tim murid.
Sinergi ini diharapkan memperkuat ekosistem pendidikan di wilayah timur Indonesia.
Langkah Lanjutan dan Rencana Jangka Panjang
Deli Indonesia berkomitmen melanjutkan program ini secara berkala, dengan rencana:
- Penambahan jumlah sekolah penerima setiap semester.
- Kolaborasi dengan instansi pemerintah untuk mendanai perbaikan fasilitas.
- Pendampingan pelatih lokal dalam merancang modul pembelajaran kreatif berbasis alat tulis
- Pemetaan kebutuhan lanjutan, seperti baju seragam dan sepatu sekolah.
Dengan langkah terstruktur ini, diharapkan kualitas pendidikan di Pulau Komodo dan sekitarnya meningkat, membuka peluang anak-anak daerah terpencil untuk meraih cita-cita setinggi langit.