Fornas 2025 di NTB Banjir Pujian! 5 Hal Tak Terduga yang Bikin Kontingen Terpukau

Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII yang digelar di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada akhir Juli 2025 sukses mencuri perhatian banyak pihak. Nyaris tanpa cela, penyelenggaraan acara ini mendapat pujian dari perwakilan Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) berbagai daerah—mulai dari Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan hingga Papua Tengah. Meski baru pertama kali menjadi tuan rumah, NTB berhasil memadukan profesionalitas, keramahan masyarakat, dan nuansa kebudayaan lokal sehingga menimbulkan kesan mendalam bagi peserta dan ofisial.

Pujian atas Pelayanan Panitia dan Logistik

Rahmat, ofisial KORMI Kaltim, menyoroti kelancaran transportasi dan variasi hidangan sebagai kunci kenyamanan kontingen sepanjang acara.

  • “Transportasi tepat waktu, armada dan rutenya terkoordinasi dengan baik,” ujarnya saat ditemui di Lombok Barat.
  • “Menu makanannya juga variatif, mulai hidangan tradisional hingga menu gizi seimbang—semuanya disajikan sesuai jadwal,” tambah Rahmat.

Kecepatan dan ketepatan dalam pendistribusian konsumsi menjadi indikator profesionalisme panitia lokal. Sistem penjemputan atlet dari asrama ke lokasi pertandingan juga berjalan mulus, sehingga waktu pemanasan dan persiapan fisik bisa dimaksimalkan.

Keramahan Warga NTB yang Memikat

Tak kalah penting, keramahan warga menjadi nilai lebih yang ditekankan oleh Hendrik Tamher, pelatih cabang ketapel dari Papua Tengah:

  • “Masyarakat NTB sangat ramah, mereka menyapa siapapun dengan senyum. Ini membuat kami merasa seperti di rumah sendiri.”
  • “Meskipun hujan turun deras di lokasi beberapa pertandingan, warga lokal proaktif membantu mengevakuasi peralatan dan menjaga semangat kami untuk tetap beraksi,” ujar Hendrik.

Interaksi dengan warga juga menambah warna tersendiri bagi peserta. Banyak atlet yang membawa pulang pengalaman budaya—mulai tarian Sasak hingga tarian tradisional Suku Samawa—setelah berbaur dengan masyarakat setempat.

Testimoni Atlet Muda dan Ofisial Lainnya

Sarah, mahasiswi Politeknik Bali dan atlet angkat besi mewakili kontingen Papua Tengah, berbagi impresi positif:

  • “Fasilitas gym dan area pemanasan di Sport Center NTB sudah memenuhi standar nasional. Kami tidak pernah menunggu lama untuk mendapat giliran latihan,” tutur Sarah.
  • “Panitia sigap menghadirkan tim medis di setiap venue. Ini menambah rasa aman dan nyaman bagi kami,” tambahnya.

Sementara Hasan dari KORMI Kalsel memuji kesiapan venue cabang olahraga tradisional:

  • “Area Lomba Enggrang dan Gebuk Bantal sudah disiapkan sesuai ukuran standar, permukaannya datar dan aman untuk kompetisi.”
  • “Setiap arena dilengkapi tenda penonton dan papan skor elektronik. Ini membantu ofisial memantau jalannya pertandingan dengan akurat.”

Ragam Cabang Olahraga Tradisional dan Daya Tarik Budaya

FORNAS VIII NTB bukan hanya ajang kompetisi, namun juga panggung pelestarian cabang olahraga tradisional Indonesia. Berikut cabang-cabang yang dipertandingkan:

  • Gebuk Bantal: menumbangkan lawan dengan memukul bantal sambil berdiri di bambu.
  • Lomba Terompa Panjang: balap alat musik panjang tradisional Suku Sasak.
  • Tarik Tambang: kekompakan tim diuji dalam tarik-menarik tali.
  • Lari Balok: lomba lari di atas balok kayu sempit, menuntut keseimbangan tinggi.
  • Enggrang: berlari di atas tumpuan bambu panjang, olahraga keseimbangan klasik.
  • Dagongan: lempar batu tradisional, menguji ketepatan dan kekuatan lengan.
  • Hadang (Gerobak Sodor): tarian dan lomba bersama gerobak petani, memadukan kecepatan dan kreativitas.

Setiap cabang didampingi bendera dan atribut budaya lokal, menambah nuansa kedaerahan yang kaya. Para penonton tak hanya menyaksikan adu prestasi, melainkan juga merasakan atmosfer budaya NTB.

Dampak Positif dan Potensi Sport Tourism

Keberhasilan NTB menjadi tuan rumah FORNAS VIII membuka peluang besar bagi pengembangan sport tourism. Beberapa manfaat langsung yang terlihat:

  • Peningkatan okupansi hotel hingga 85% selama ajang berlangsung.
  • Pendapatan pelaku usaha kuliner lokal naik hingga 40% dalam dua hari pertandingan.
  • Promosi destinasi wisata—seperti Gili Trawangan dan Pantai Senggigi—ke delegasi nasional yang berkesempatan menjelajah sela-sela pertandingan.

Pemerintah NTB berencana menjadikan FORNAS sebagai agenda tahunan, selaras dengan persiapan menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) 2028. Jika dikelola berkelanjutan, festival ini dapat menjadi ikon sport tourism Indonesia di mata dunia.

Semangat Kebersamaan dan Pelestarian Budaya

Di balik kompetisi, FORNAS VIII menegaskan semangat kebersamaan dan nilai gotong-royong. Momen terhenti akibat hujan tak memupus semangat peserta dan penonton. Suasana hangat justru semakin terasa:

  • Ratusan peserta bertahan walau lapangan licin, melanjutkan pertandingan setelah hujan reda.
  • Suara tawa dan teriakan dukungan memenuhi arena Gebuk Bantal saat seorang atlet tergelincir, menumbuhkan keakraban.
  • Panitia lokal, relawan, dan warga bersama-sama membersihkan lapangan—mengukuhkan nilai kolaborasi.

Dengan kisah sukses ini, NTB membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat olahraga rekreasi nasional, sekaligus pelestari warisan budaya. FORNAS bukan sekadar kompetisi, melainkan momentum mempererat persaudaraan antardaerah dan mengenalkan keragaman budaya Indonesia kepada semua peserta.