Pemutusan Komunikasi Nasional oleh Otoritas Taliban
Pada hari kedua berturut-turut, warga Afghanistan terpaksa hidup dalam kondisi “gelap” setelah otoritas Taliban memutus akses internet dan layanan telepon seluler secara nasional. Langkah drastis ini diumumkan tanpa penjelasan resmi, namun disebut-sebut sebagai bagian dari upaya “mencegah amoralitas” yang diperintahkan oleh pemimpin tertinggi Taliban, Hibatullah Akhundzada.
Alasan Resmi: “Mencegah Amoralitas”
Sejak awal September, Taliban sudah membatasi akses internet secara bertahap di beberapa provinsi. Namun, pada pertengahan bulan lalu, koneksi berkecepatan tinggi mulai diputus untuk “memerangi konten tidak senonoh”. Kebijakan itu kemudian meluas hingga mencakup seluruh jaringan optik serat kabel dan menurunkan kualitas sinyal seluler di sebagian besar wilayah Afghanistan.
Implementasi Pemadaman Internet dan Telepon Seluler
- Pada malam Senin, 29 September 2025, sinyal seluler dan internet secara massal melemah, lalu nyaris hilang di atas 99% jaringan, menurut pantauan lembaga NetBlocks.
- Pemutusan dilakukan dengan mematikan “8.000–9.000 pilar telekomunikasi” yang menjadi titik distribusi sinyal, tanpa batasan waktu yang pasti.
- Layanan akan tetap terputus “hingga pemberitahuan lebih lanjut”, menghambat komunikasi baik antarkota maupun internasional.
Dampak Langsung pada Kehidupan Sehari-hari
Warga Afghanistan mengaku seperti “buta” tanpa gawai dan koneksi internet. Najibullah, 42 tahun, pemilik toko di Kabul, mengungkapkan:
“Semua bisnis kami bergantung pada ponsel. Pengiriman barang pun tak bisa berjalan. Pasar benar-benar macet; kami merasa seperti libur panjang tanpa akhir.”
- Birokrasi Terhenti: Proses perbankan digital, pembayaran tagihan, dan transfer uang otomatis terhenti total.
- Transportasi dan Logistik: Armada kurir dan taksi online tidak dapat menerima pesanan karena kehilangan sinyal GPS.
- Pendidikan Jarak Jauh: Sekolah daring dan kuliah online dibatalkan, siswa kehilangan akses materi pembelajaran.
- Informasi Darurat: Masyarakat kesulitan melaporkan kondisi kritis—seperti bencana alam atau kecelakaan—karena komunikasi lumpuh.
Konsekuensi Ekonomi yang Berat
Ekonomi harian Afghanistan mengalami guncangan hebat. Diperkirakan kerugian finansial akibat pemadaman meliputi:
- Ratusan juta dolar pendapatan hilang per hari dari sektor digital dan e-commerce.
- Menurunnya nilai tukar mata uang lokal akibat ketidakpastian pasar dan gangguan transaksi internasional.
- Investasi asing terhenti karena kekhawatiran risiko tinggi dan minimnya jaminan komunikasi.
Analisis awal memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025–2026 terpangkas hingga 1,5–2 persen jika pemadaman berlangsung lebih dari seminggu.
Reaksi Kelompok HAM dan Kekhawatiran Global
Beberapa lembaga hak asasi manusia mengecam pemadaman sebagai langkah represif yang memisahkan Afghanistan dari dunia luar. Mereka menilai “isolasi digital” ini dimaksudkan untuk:
- Menekan kebebasan berekspresi dan menghambat koordinasi protes damai.
- Mencegah penyebaran informasi independen—termasuk laporan pelanggaran HAM—ke media internasional.
- Memperkuat kontrol rezim atas narasi publik di dalam negeri.
Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menyatakan keprihatinan, mendesak Taliban untuk segera memulihkan akses demi menjamin hak dasar komunikasi dan kebutuhan kemanusiaan.
Tantangan Masa Depan di Tengah Isolasi
Tanpa kejelasan durasi pemadaman, warga Afghanistan menghadapi sejumlah tantangan:
- Krisis Informasi: Rumor dan desas-desus menyebar tanpa cek fakta, memicu kepanikan warga.
- Gangguan Bantuan Kemanusiaan: Lembaga donor kesulitan memantau distribusi bantuan pangan dan medis.
- Ketidakpastian Infrastruktur: Rencana pembangunan jaringan seluler generasi baru terhambat tanpa jaminan akses stabil.
Ke depan, masyarakat dan aktor internasional akan memantau apakah Taliban akan mempertimbangkan kembali kebijakan ini atau tetap melanjutkan isolasi digital demi “ketertiban moral” versi rezim.