Yayasan Partisipasi Muda dan UNSRAT Gelar Academia Politica di Manado
Program Academia Politica yang diselenggarakan Yayasan Partisipasi Muda (YPM) bersama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) serta Pusat Studi Kepemiluan Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) memasuki babak baru di Kota Manado. Kegiatan ini menitikberatkan pada simulasi pembuatan kebijakan publik terkait krisis perubahan iklim dan pelestarian laut Manado. Sebanyak 67 peserta dari berbagai sekolah menengah dan perguruan tinggi di Manado berperan sebagai angota DPR/DPRD, akademisi, pelaku usaha, LSM, dan pejabat pemerintah.
Role-Playing: Dari Skenario hingga Policy Brief
Dalam simulasi ini, peserta diajak melakukan role-playing—memainkan peran nyata dalam merumuskan kebijakan. Setiap kelompok melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk mengidentifikasi persoalan lingkungan dan dampak perubahan iklim di kawasan pesisir Manado:
- Memonitor kondisi terumbu karang yang terus menipis akibat reklamasi dan aktivitas tambang.
- Menganalisis data emisi gas rumah kaca lokal dan ancaman banjir pesisir.
- Menyusun rekomendasi kebijakan untuk mitigasi bencana alam berbasis ekosistem.
Hasil FGD dirangkum dalam dokumen policy brief yang memuat strategi konkret, seperti pengembangan kawasan konservasi laut, edukasi publik, dan insentif ekonomi bagi praktik ramah lingkungan.
Amelia: Kebiasaan Sederhana Kunci Hadapi Krisis
Amelia, salah satu pemateri dari YPM, menekankan bahwa perubahan gaya hidup adalah fondasi penting dalam meredam tekanan lingkungan. Dalam sesi bertajuk “Krisis Iklim & Wisata Laut Manado: Ko Pikir Cuma Ko yang Stress? Terumbu Karang Juga Jo!”, ia memaparkan beberapa kebiasaan sehari-hari yang mudah diadopsi:
- Memilah sampah sesuai jenis—plastik, kertas, dan kaleng—untuk memudahkan proses daur ulang.
- Menolak kantong plastik sekali pakai dengan membawa tas kain atau wadah sendiri.
- Memilih produk lokal dan ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon transportasi.
- Menghemat energi dengan mematikan lampu dan elektronik saat tidak digunakan.
“Kalau bukan kita, siapa? Kalau bukan sekarang, kapan? Cintai alam kita demi anak cucu kita,” ajak Amelia, menggarisbawahi urgensi tindakan individual.
Perspektif Neildeva Despendya: Isu Iklim adalah Isu Politik
Executive Director YPM, Neildeva Despendya, menekankan bahwa krisis iklim tak hanya soal lingkungan, melainkan juga dinamika kekuasaan dan partisipasi publik. Menurutnya:
- “Apa yang penguasa dan pemerintah buat akan langsung mempengaruhi kehidupan pribadi anak muda.”
- Reklamasi pantai dan penambangan yang tak terkendali dapat memicu eco-depression dan climate anxiety di kalangan remaja.
- Anak muda harus mendesak pemerintah lewat aspirasi terukur agar kebijakan pro-lingkungan dapat terwujud.
Neildeva mengajak generasi muda menjadi garda depan dalam advocacy, menyuarakan tuntutan perlindungan laut Manado agar ekosistem pesisir dan terumbu karang tidak terus terkikis.
Peran Pemerintah Daerah dan Regulasi Nasional
Menjawab aspirasi peserta, Audy Dien selaku Kepala Bidang Pemanfaatan Ruang Laut dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Sulut membeberkan langkah pemerintah daerah:
- Peningkatan kawasan konservasi perairan sebagai benteng alami mitigasi bencana pesisir.
- Kolaborasi lintas sektor—pemerintah, industri pariwisata, LSM—untuk edukasi gaya hidup sea-friendly.
- Optimalisasi patroli laut guna mencegah praktik penangkapan ikan merusak dan reklamasi ilegal.
Sementara itu, Prof. Zetly Estefanus Tamod, Guru Besar Konservasi Tanah dan Air UNSRAT, mengingatkan percepatan krisis iklim dipicu oleh aktivitas manusia:
- Emisi gas rumah kaca dari kendaraan bermotor dan industri.
- Deforestasi untuk lahan pertanian dan perumahan.
- Reklamasi pantai yang merusak terumbu karang dan habitat laut lainnya.
Prof. Tamod juga menegaskan target pemerintah: pengurangan emisi nasional 50% dan 54% di Sulawesi Utara, didukung regulasi seperti UU No. 32/2009 dan Perpres terkait SDGs.
Peran Pemuda dalam Kebijakan Publik
Dekan FISIP UNSRAT, Dr. Ferry Daud, menekankan kunci perubahan berkelanjutan terletak pada keterlibatan anak muda dalam perumusan kebijakan. Ia menyatakan:
- Public policy adalah jalan untuk merubah kondisi nyata di lapangan.
- Kehadiran generasi muda dalam proses pembuatan kebijakan penting agar solusi lingkungan dan sosial dapat diterima secara luas.
- Kolaborasi akademisi, legislatif, dan masyarakat sipil diperlukan untuk merancang regulasi yang implementable.
Program Academia Politica menjadi bukti bahwa simulasi kebijakan dapat melahirkan rekomendasi terukur—dari skala lokal hingga nasional—untuk menanggulangi krisis perubahan iklim dan menjaga kelestarian laut Manado.