Restrukturisasi Besar-besaran di ANZ Dipimpin CEO Baru
ANZ Group Holdings Ltd., salah satu bank terbesar di Australia, resmi mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3.500 karyawan hingga September 2026. Keputusan ini dilakukan di bawah kepemimpinan baru Chief Executive Officer (CEO) Nuno Matos yang baru menjabat empat bulan. Meski langkah ini terbilang drastis, saham ANZ justru mencatat lonjakan, menandakan kepercayaan pasar terhadap strategi restrukturisasi.
Profil Singkat Nuno Matos dan Visi Kepemimpinannya
Nuno Matos, yang menggantikan Shayne Elliott pada Mei lalu, langsung memutuskan menyederhanakan struktur organisasi ANZ. Matos membawa visi “turnaround strategy” untuk memperkuat budaya perusahaan, manajemen risiko, dan fokus pada pelanggan. Beberapa langkah awalnya mencakup:
- Memangkas level manajemen menengah dan atas untuk mempercepat alur keputusan.
- Mengurangi ketergantungan pada konsultan eksternal dan kontraktor, dengan target pemangkasan 1.000 kontraktor.
- Mengokohkan peran Chief Risk Officer (CRO) di tiap divisi: ritel, komersial, dan perbankan institusional.
Menurut Matos, “Ambisi saya adalah menjadikan ANZ bank terbaik bagi para pelanggan kami sekaligus memastikan kinerja jangka panjang yang berkelanjutan.” Ia juga mengakui bahwa ini merupakan masa sulit bagi banyak staf, tetapi perlu dilakukan demi stabilitas dan daya saing bank di tengah tekanan global.
Rincian PHK dan Proporsi Karyawan yang Terkena
Langkah PHK 3.500 karyawan ini setara dengan sekitar 8% dari total 42.000 pegawai ANZ. Adapun rinciannya mencakup:
- 2.500 karyawan yang bekerja di lini operasi inti (middle- dan back-office).
- 1.000 kontraktor eksternal serta tenaga konsultan yang posisinya dianggap non-prioritas.
Angka ini mencerminkan upaya menyelaraskan jumlah staf dengan kebutuhan operasional dan fokus pada efisiensi proses bisnis. Matos berharap pengurangan tenaga kerja ini mempercepat alur kerja dan mengalihkan anggaran ke program pengembangan teknologi dan digital banking.
Biaya Restrukturisasi dan Target Finansial
ANZ memperkirakan akan membukukan beban restrukturisasi sebesar US$369 juta (sekitar Rp6,04 triliun) sebelum pajak pada paruh kedua tahun ini. Beban ini meliputi:
- Pesangon dan kompensasi bagi karyawan yang terdampak PHK.
- Biaya penyesuaian kontrak konsultan dan vendor eksternal.
- Investasi awal untuk program pelatihan ulang dan pemindahan beberapa staf kunci ke divisi lain.
Matos menegaskan bahwa biaya besar ini bersifat investasi jangka panjang, dengan harapan meningkatkan profitabilitas dan rasio cost-to-income ANZ pada tahun-tahun mendatang.
Dampak dan Reaksi Pasar Saham
Walaupun kabar PHK massal biasanya menurunkan kepercayaan investor, saham ANZ justru dibuka naik 0,2% pada sesi Selasa lalu di Bursa Sydney. Sepanjang tahun ini, saham ANZ terpantau naik sekitar 15%, mengungguli indeks perbankan Australia. Beberapa faktor yang memengaruhi kenaikan tersebut antara lain:
- Kepercayaan investor terhadap visi transformasi Matos.
- Harapan bahwa efisiensi biaya akan memperbaiki marjin keuntungan.
- Klaim bank bahwa langkah ini memperkuat posisi regulasi dan mengurangi risiko operasional.
Dengan dukungan pasar, ANZ berharap dapat menurunkan beban biaya operasional dan mengalokasikan dana untuk teknologi digital tanpa mengorbankan profitabilitas.
Perombakan Manajemen Senior dan Penguatan Risiko
Seiring PHK, ANZ juga merombak jajaran eksekutif senior. Beberapa eksekutif yang telah hengkang meliputi:
- Maile Carnegie, mantan Kepala Ritel ANZ.
- Gerard Florian, mantan Kepala Teknologi dan Digital.
ANZ merekrut Les Vance sebagai Chief Risk Officer baru dan memisahkan tugas CRO di setiap divisi. Tujuannya agar pengelolaan risiko menjadi lebih spesifik dan terukur, dengan indikator kinerja yang terintegrasi pada setiap unit bisnis.
Tantangan Komunikasi dan Langkah Perbaikan
Beberapa minggu setelah pengangkatan Matos, ANZ sempat tersandung isu “gagal komunikasi” terkait rencana PHK yang diumumkan terlalu awal. Matos pun harus meminta maaf secara terbuka. Untuk meredam kekhawatiran karyawan, bank kini menerapkan:
- Forum town hall rutin untuk menjelaskan proses restrukturisasi.
- Pembentukan tim transisi internal yang membantu karyawan menyiapkan dokumen pensiun dini atau pelatihan ulang.
- Sistem feedback daring bagi pegawai untuk menyampaikan pertanyaan dan keluhan secara langsung.
Dengan komitmen transparansi dan dukungan pelatihan, ANZ berupaya meminimalkan gejolak internal dan memastikan transisi berjalan lebih mulus.