Latar Belakang Konflik Sudan
Perang saudara di Sudan yang dimulai pada April 2023 telah memecah negara menjadi dua kubu utama: Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah al-Burhan menguasai wilayah utara dan timur, sedangkan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di bawah komando Mohamed Hamdan “Hemedti” Dagalo mendominasi Darfur dan bagian selatan. Bentrokan berkepanjangan ini telah menimbulkan krisis kemanusiaan parah, menewaskan puluhan ribu orang dan memaksa lebih dari 12 juta warga meninggalkan rumah mereka.
Serangan Drone RSF di Port Sudan
Pada Minggu, 4 Mei 2025, RSF melakukan serangan kamikaze drone pertama di wilayah timur Sudan. Juru bicara SAF, Nabil Abdullah, menyatakan dalam konferensi pers bahwa serangan menargetkan:
- Pangkalan Udara Osman Digna di Port Sudan.
- Gudang logistik dan amunisi militer.
- Beberapa fasilitas sipil di sekitar bandara.
Serangan ini memanfaatkan pesawat nirawak bunuh diri yang menghantam depot amunisi, menyebabkan kerusakan struktural pada fasilitas militer tanpa menimbulkan korban jiwa. Abdullah menambahkan bahwa laporan awal mencatat masih ada risiko ledakan susulan karena amunisi yang belum sempat diamankan sepenuhnya.
Kerentanan Fasilitas Sipil dan Militer
Bandara Port Sudan menjadi lokasi unik karena menggabungkan fungsi sipil dan militer dalam satu area. Wartawan Al Jazeera, Hiba Morgan, mengungkapkan bahwa tidak ada pemisahan zonasi yang jelas antara terminal komersial dan apron militer:
- Terminal sipil melayani penerbangan penumpang dan kargo.
- Landasan yang sama juga digunakan oleh pesawat tempur dan logistik militer.
Akibatnya, serangan drone menimbulkan kekhawatiran akan dampak terhadap keamanan penerbangan sipil. Semua jadwal penerbangan ke dan dari Port Sudan ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut, memaksa maskapai mengalihkan pesawat—termasuk satu penerbangan dari Dubai yang dialihkan ke Jeddah.
Evakuasi dan Penangguhan Penerbangan
Sumber pemerintah Sudan kepada kantor berita AFP menyebutkan bahwa AUH599, penerbangan reguler dari Dubai, terpaksa mengalihkan rute dan melakukan pendaratan darurat di King Abdulaziz International Airport, Jeddah. Data Flightradar24 menunjukkan manuver melingkar di atas Laut Merah sebelum perubahan tujuan.
Seorang penumpang menuturkan, “Kami sedang dalam perjalanan menuju pesawat ketika harus dievakuasi cepat dari terminal. Situasi sangat tegang.” Penangguhan operasional bandara menambah tekanan logistik mengingat Port Sudan adalah pelabuhan laut dan udara utama untuk pasokan kemanusiaan.
Dampak Kemanusiaan yang Memburuk
Krisis Sudan telah mencapai ambang kelaparan massal. PBB melaporkan bahwa 10 wilayah sudah memasuki tingkat bencana kelaparan, sementara 17 wilayah lainnya berada di ambang krisis pangan. Berikut tren dampak kemanusiaan:
- Lebih dari 25 juta penduduk membutuhkan bantuan darurat.
- Pemutusan alur logistik menghambat distribusi makanan dan obat-obatan.
- Serangan di bandara kritis mempersulit evakuasi medis dan pengiriman bantuan.
Dengan bantuan yang terhambat, organisasi kemanusiaan khawatir jumlah korban sipil bisa melonjak drastis, terutama anak-anak dan ibu hamil yang rentan terhadap malnutrisi.
Pergeseran Kekuatan dan Prospek Perdamaian
Bentrokan antara SAF dan RSF tidak hanya menghancurkan infrastruktur, tetapi juga memperkuat garis pertempuran di seluruh negeri. Kedua pihak masih enggan mundur meski tekanan internasional menginginkan gencatan senjata. Berikut skenario yang mungkin terjadi:
- Negosiasi diplomatik yang difasilitasi negara tetangga dan PBB.
- Peningkatan pengiriman pasokan medis dan pangan melalui saluran alternatif.
- Pendirian zona aman sipil di wilayah netral untuk melindungi warga terdampak.
Namun, keberhasilan langkah-langkah ini sangat bergantung pada niat baik kedua kubu dan konsistensi dukungan internasional. Tanpa penyelesaian politik yang nyata, situasi diprediksi akan terus memburuk.
Utang Infrastruktur dan Keamanan Regional
Serangan drone yang menimpa Pangkalan Udara Osman Digna menjadi sinyal bahwa konflik Sudan semakin canggih secara militer. Risiko eskalasi ke wilayah Laut Merah juga mengundang kekhawatiran global, mengingat jalur pelayaran internasional melewati perairan di dekat Port Sudan. Ancaman keamanan regional dapat menimbulkan reaksi militer internasional apabila serangan mulai mengganggu perdagangan dan transportasi sipil di perairan tersebut.