Berdasarkan The 2022 Indonesian Report Card on Physical Activity for Children and Adolescents, hanya 19 persen anak dan remaja Indonesia yang melakukan aktivitas fisik sesuai rekomendasi. Angka ini setara dengan skor F pada indikator aktivitas fisik harian, jauh di bawah target kesehatan nasional dan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Rekomendasi WHO dan realitas di lapangan
WHO menyarankan agar anak usia 5–17 tahun melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik intensitas sedang hingga tinggi setiap hari. Namun di kawasan Asia Tenggara, hanya satu dari lima anak yang memenuhi standar tersebut. Di Indonesia, berbagai kendala memperparah kondisi ini:
- Ruang terbuka hijau terbatas di perkotaan: menurut BPS DKI Jakarta (2023), hanya 10 persen lahan kota yang dialokasikan sebagai ruang terbuka hijau, jauh di bawah amanat undang-undang sebesar 30 persen.
- Fasilitas olahraga ramah anak masih minim: lapangan, taman bermain, atau jalur lari jarang tersedia dekat permukiman padat penduduk.
- Budaya sedentari: penggunaan gadget sejak dini membuat waktu bermain fisik anak-anak semakin berkurang.
Dampak buruk gaya hidup sedentari pada anak dan remaja
Rendahnya aktivitas fisik memicu berbagai risiko kesehatan jangka pendek dan panjang:
- Obesitas: ketidakseimbangan antara kalori masuk dan kalori terpakai meningkatkan penumpukan lemak tubuh.
- Diabetes tipe 2: resistensi insulin lebih mudah terjadi pada anak kelebihan berat badan.
- Penyakit kardiovaskular: tekanan darah tinggi dan kolesterol meningkat akibat konsumsi kalori pasif.
- Masalah kesehatan mental: kecemasan, depresi, dan rendahnya kepercayaan diri berisiko lebih tinggi pada anak yang jarang bergerak.
Penyebab utama rendahnya aktivitas fisik
Beberapa faktor memengaruhi rendahnya partisipasi anak dan remaja dalam olahraga dan aktivitas fisik:
- Akses fasilitas terbatas: di kota besar, lahan untuk lapangan olahraga digunakan untuk pembangunan perumahan dan pusat perbelanjaan.
- Kurangnya edukasi: orang tua dan guru kadang belum memahami pentingnya aktivitas fisik harian untuk kesehatan holistik anak.
- Tekanan akademis: jam belajar dan tugas sekolah yang tinggi membuat waktu luang untuk bermain di luar semakin sempit.
- Perilaku digital: streaming video game, media sosial, dan tontonan online menghabiskan waktu anak lebih lama di dalam ruangan.
Inisiatif Sun Life Volunteer Day di SDN Cilandak Timur 03
Untuk mengatasi rendahnya aktivitas fisik, Sun Life Indonesia menyelenggarakan Sun Life Volunteer Day di SDN Cilandak Timur 03, Jakarta Selatan. Kegiatan ini menjadi contoh nyata bagaimana sekolah dapat menjadi pusat perubahan gaya hidup:
- Sesi basket terstruktur: dipandu pelatih profesional, anak-anak dilatih teknik dasar dribble, tembakan, dan koordinasi tim.
- Permainan edukatif gizi: peserta diajak memahami konsep sarapan seimbang dan pilihan camilan sehat melalui kuis interaktif.
- Motivasi langsung: Kah Jing Lee, Chief Client Officer Sun Life Indonesia, menekankan pentingnya akses merata terhadap fasilitas olahraga di lingkungan sekolah.
Kampanye Hoops+Health dan dampaknya
Hoops+Health merupakan inisiatif global Sun Life yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan akses terhadap olahraga di komunitas terbatas. Di SDN Cilandak Timur 03, kampanye ini mendorong:
- Keterlibatan orang tua: orang tua diundang berpartisipasi dalam sesi olahraga untuk menciptakan kebiasaan keluarga aktif.
- Penyediaan peralatan: bola basket, ring mini, dan matras yoga disumbangkan untuk mendukung latihan di sekolah.
- Pendampingan berkelanjutan: relawan dan pelatih kembali rutin mengadakan sesi olahraga di akhir pekan.
Langkah strategis meningkatkan aktivitas fisik anak
Beberapa rekomendasi konkret untuk memajukan aktivitas fisik anak dan remaja di Indonesia:
- Perluas ruang terbuka hijau: pemerintah daerah harus memprioritaskan ketersediaan taman bermain dan lapangan olahraga minimal di setiap kecamatan.
- Edukasi di sekolah: jadwalkan paling tidak dua jam pelajaran olahraga per minggu dan integrasikan modul kesehatan ke kurikulum.
- Pelibatan berbagai pihak: LSM, perusahaan, dan pemerintah daerah bekerja sama menyelenggarakan program olahraga gratis di permukiman padat.
- Kurangi ketergantungan digital: ajarkan anak aturan penggunaan gadget seimbang dan beri alternatif aktivitas fisik menarik.
- Riset berkelanjutan: pantau perkembangan skor Report Card setiap tahun untuk menilai efektivitas program dan kebijakan.
Rendahnya angka partisipasi fisik pada anak dan remaja Indonesia membutuhkan respons cepat dari semua pemangku kepentingan. Dengan kolaborasi sekolah, orang tua, dan sektor swasta, kita dapat menumbuhkan generasi yang lebih sehat, aktif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.